
Selanjutnya kami menuju rumah kepa desa yang akan kami gunakan sebagai home stayselama KKN. Rumah joglo khas jawa tengah nan luas, tapi sudah tersentuh gaya rumah modern. Hal yang jarang kami temui di kota, hampir semua rumah di daerah ini memiliki halaman yang luas.
Seminggu pertama kami gunakan untuk survey dan beradaptasi di desa ini. Survey kami laksanakan guna mengetahui lebih jauh kondisi desa ini, mengingat kami belum pernah ke desa ini sebelumnya. Selain itu kami juga mengunjungi setiap kepala dusun yang ada di desa ini untuk memperkenalkan diri serta meminta informasi tentang home industri yang ada di dusun masing-masing.
Desa ini memiliki 9 dusun, itu berarti kami harus mengunjungi 9 kepala dusun. Jarak antar dusun bervariasi, ada yang dekat dan ada yang lumayan jauh, sehingga kami harus menggunakan kendaraan untuk menuju ke rumah masing-masing dusun. Untunglah salah satu dari kami membawa mobil yang cukup besar, sehingga satu mobil cukup untuk bersembilan. Mungkin ini juga sebagai pembeda antara KKN zaman dulu dan sekarang.
Informasi dari setiap kepala dusun mengenai home industri mengantarkan kami pada langkah selanjutnya yaitu mencari info lebih detil lewat kepala RT yang di wilayah RT yang ada home industrinya. Koordinator tim membagi kami menjadi 3 tim. Setiap tim wajib menggali informasi di tiga dusun. Cara ini cukup efektif hingga kami menemukan sekitar 20 home industri yang siap untuk dikembangkan, namun lebih dari 10 industri bergerak dibidang pangan. Dari informasi tersebut, kami mulai menyusun program.

Dari program pertama sampai terakhir kami jalani bersama. Program yang kami susun beragam dan berusaha untuk menyentuh semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu. Semua program tersebut kami laksanakan dari minggu kedua hingga hari terakhir. Kebanyakan dilaksanakan di week end, mengingat untuk week day beberapa dari kami harus kuliah, sehingga terkendala di jumlah personel.
Pertama, motivasi pembentukan kelompok usaha dan sosialisasi P-IRT.kegiatan ini diselenggarakan hari Sabtu, tanggal 7 September 2013. Pak Agung, selaku DPL kami undang sebagai pembicara untuk motivasi pembentukan kelompok usaha, serta dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri untuk sosialisasi P-IRT. Program ini pun dilanjutkan dengan pendampingan pengisian formulir pendaftaran P-IRT bagi industri makanan. Ada sekitar 11 formulir yang diajukan, baik itu gabungan atau kelompok maupun individu. Memang dalam hal ini masyarakat bisa berkelompok ataupun mandiri dalam pengajuan P-IRT.
Dalam mendampingi warga melengkapi formulir dan persyaratan, kami satu tim saling bekerja sama. Kembali lagi dibuat tim agar efektif. Tak hanya itu, dalam mendapatkan izin, kami banyak bekerja sama dengan dua institusi, yaitu KPPT (Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri. Hal ini membuat kami sering bolak-balik ke kedua institusi tersebut. Pendampingan tetap kami lakukan karena pihak Dinkes melakukan survey satu persatu ke rumah warga yang digunakan untuk industri. Demi kelayakan dan keamanan pangan, Dinkes sangat teliti, selektif, dan sangat menjaga kebersihan lingkungan.
Untuk para remaja, program yang kami sususn yakni studentpreneur. Kebetulan home staykami berada tepat di depan SMP 2 Girimarto, oleh karena itu kami berusaha masuk ke dalamnya dengan program yang kami buat. Sesuai dengan tema KKN yakni ekonomi kerakyatan, program yang kami susun pun tak jauh dari enterpreneur. Tujuannya supaya siswa-siwi SMP termotivasi untuk menjadi entrepreneur. Dua pembicara yang kami hadirkan yakni mas Umam dan mas Alqaan. Acara berlangsung lancar dan pihak guru maupun kepala sekolah sangat mendukung program ini. Sasaran utama yakni siswa-siswi kelas XI. Satu-persatu pembicara memasuki ruang kelas, dari kelas A hingga H. Ternyata sekolah ini sangat menerapkan kedisiplinan, baik waktu maupun tata laku saat dikelas, sehingga acara berlangsung tepat waktu sesuai rundown.
Program yang selanjutnya yakni pelatihan manajemen usaha dan packaging. Untuk pelatihan manajemen usaha ini terbuka bagi industri apa saja, karena kebanyakan masyarakat disini masih mencampur-adukkan antara dana usaha dengan dana rumah tangga. Sementara selama ini masyrakat hanya menggunakan plastik tanpa label sebagai pengemas dari produk mereka. Oleh karenanya kami membantu membuatkan label serta memberikan contoh pengemasan yang baik, rapi, dan menambah daya jual dari produk itu sendiri. Kemasannya pun beragam, ada yang berbahan mika bentuk kotak dan bulat dengan berbagai ukuran, kemudian plastik dengan berbagai ukuran serta plastik yang digunakan pun plastik ukuran 0,8 sehingga cukup tebal dan aman untuk makanan. Masyarakat juga diajari menggunakn sealer sehingga tidak lagi menggunakan staples karena penggunaan staples berbahaya bagi makanan.

Program demi program kami jalankan dengan baik. Berlanjut ke acara lomba menggambar, mewarnai, dan baca puisi untuk anak-anak. Sebelumnya kami harus mendatangi tiga SD, TK dan PAUD yang ada di desa Tambakmerang utnuk mengumumkan acara yang akan kami buat. Anak-anak sangat antusias mengikuti lomba ini. Hari minggu, 22 September 2013, menjadi hari yang dinantikan oleh anak-anak. Pukul 07.00 anak-anak sudah ramai di depan gedung serba guna di dekat kantor desa, padahal acara baru akan dimulai pukul 8. Tak hanya anak-anak, orang tua mereka pun ikut antusias mengantarkan dan menunggui anak mereka. Mulai dari PAUD dampai SD kelas 6 berkumpul di gedung serba guna. Lomba yang kami buat pun di bagi menjadi beberapa kategori, antara lain, mewarnai untuk PAUD-TK, mewarnai untuk SD kelas 1-2, menggambar untuk kelas 3-6 SD, serta baca puisi untu kelas 1-6 SD. Disitulah kami menemukan anak-anak yang berbakat di desa Tambakmerang.
` Mendengar beberapa keluhan masyarakat mengenai sundep, dua orang tim kami yang kuliah di jurusan agribisnis menggagas untuk membuat light trap. Ide ini pun akhirnya kami jadikan program dan direalisasikan. Bertempat di salah satu rumah kadus, sosialisasi light trap berjalan dengan lancar, meskipun ketika berhadapan dengan para petani yang jauh lebih berpengalaman tentulah lebih sulit. Tapi setidaknya, ini menjadi salah satu referensi bagi masyarakat untuk menanggulangi hama sundep yang cukup merugikan.
Hari demi hari kami lalui. Suka duka ketika KKN menjadi hal yang tak terlupakan. Tak jarang kami harus bolak-balik Solo untuk kuliah maupun ujian. Kamipun juga harus beberapa kali absen kuliah. Meskipun ada surat dispensasi dari pihak UPKKN, tetap saja kalah dengan peraturan di prodi saya untuk masuk minimal 3 kali pertemuan dari 4 kali pertemuan perkuliahan. Tapi itu semua sudah menjadi konsekuensi yang saya dan teman-teman sadari sejak sebelum KKN.

Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Disinilah saya banyak belajar bermasyarakat, bekerja sama, tanggung jawab, saling menghargai, menghormati, berusaha memahai kearifan lokal yang ada di desa ini. Masyarakat desa ini sangat ramah. Kebersamaan dan kedekatan antar warga masih terjaga. Kegiatan RT, dusun, maupun desa masih aktif dan berjalan lancar. Kami sangat berterimakasih kepada ibunda Suwarti yang telah merawat kita dengan tulus selama di Tambakmerang, seluruh warga desa Tambakmerang, perangkat desa, bapak dan ibu camat Girimarto, Bapak-ibu guru SD se Tambakmerang, pihak KPPT, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri yang telah membantu kami dalam melaksanakan kegiatan KKN ini.
Semoga apa yang saya dan teman-teman lakukan, selama 40 hari, dapat bermanfaat, barakah, dan menginspirasi bagi semua pihak. Aamiin.
Tim 9 Ninja, tetap ceria dan keren.....
oktober 2013
Komentar
Posting Komentar