Langsung ke konten utama

Trip to Andong (Hahoe Village)

Summer telah tiba… eh, sebenarnya sudah lewat sih cuma ya baru sempat ditulis aja ceritanya. Hehehe...



Di museum

Oke, summer tahun ini mendadak ada short trip. Sore itu sepulang dari lab, Laily, mengutarakan idenya untuk melakukan short trip ke Hahoe Village di akhir pekan. Dengan semangat 45 ia mempromosikan Hahoe Village di depan saya dan teman-teman. Karena penasaran, akhirnya kamipun mengiyakan. Tapi ternyataaaa…trip ke Hahoe Village adalah bagian dari rencana tersembunyinya untuk menonton summer concert di stadion dekat stasiun Andong. OMG

Baiklah, hari yang dinantikan tiba. Kami berangkat ke Andong pagi-pagi dengan menggunakan bus. Perjalanan kami semakin menjauh dari keramaian kota, lalu memasuki area pedesaan. Khas country side. Sawah di kanan kiri, mirip pedesaan di Indonesia. Bedanya, ya mungkin karena jalannya beraspal mulus. Jalannya cukup berkelak-kelok hingga beberapa kami mulai merasa mual.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam, kami sampai ke terminal Andong. Perjalanan dilanjutkan dengan city bus yang mengantar kami ke Hahoe Village. Tak disangka banyak bule yang berkunjung ke tempat ini (maksudnya bule di sini orang asing yang berambut blonde dan kulit putih ala-ala eropa). Wow...oke, cukup menarik.
 
Rumah tradisional
Hampir satu jam kemudian kami sampai di Hahoe Village. Tiket masuk ke desa ini yaitu 5000 won. Murah kan? Terik matahari summer yang ampun-ampun membuat kami memilih untuk masuk ke museum terlebih dahulu, sebelum berjalan mengeksplor desa. Di museum ini pengunjung disuguhi aneka macam aksesories yang erat kaitannya dengan budaya korea atau sesuatu yang khas dengan korea, seperti topeng-topeng yang hits dijaman dulu, patung-patung, dan masih banyak lagi.


Eksplorasi kami lanjutkan dengan berkeliling di sekitar desa. Rumah-rumah adat korea yang dulu cuma bisa dilihat di drama-drama kini benar-benar ada di depan mata. Dari informasi yang didapat Laily, Hahoe Village memang sering dijadikan tempat syuting film maupun drama. Jadi maklum kalau memang dipertahankan model-model rumahnya hingga saat ini. Ya meskipun sebenarnya sudah ada renovasi di sana sini supaya lebih rapi dan kokoh, tapi konsep model rumahnya tetep tradisional. Di sini teman-teman juga bisa menemukan arena pertunjukan tari tradisional. Sayangnya kami datang saat siang hari, sedangkan pertunjukan tari biasa diselenggarakan di sore hari saat matahari memang tak terlalu terik.

Jalan setapak di pinggir sungai yang instagramable
Puas mengeksplor suasana desa, kami beristirahat di tepi sungai yang entah namanya apa saya lupa. Hehehe... Pepohonan di sekitar tepi sungai cukup sejuk, sungguh membantu kami menurunkan suhu tubuh yang serasa mendidih karena terik matahari di saat summer yang tanpa ampun menerpa. Suhu lingkungan kala itu mungkin sekitar 37 hingga 38 derajat celcius. :)

Menjelang sore kami harus segera beranjak ke stadion tempat summer concert diselenggarakan. Bintang tamu yang dinanti Laily yaitu Winner. Rencananya Winner akan tampir di akhir konser yang otomatis di malam hari. Sesampainya di arena stadion, saya dan teman-teman yang sudah kehilangan tenaga karena panas, memilih untuk mencari convenience store terdekat untuk makan malam. Sementara itu Laily memilih untuk mengantri untuk masuk ke arena konser.

Arena pertunjukan tari
Malam tiba dan kami kembali ke arena stadion. Kami sempat menonton konser untuk beberapa lagu, sebelum akhirnya kami berangkat menuju stasiun Andong untuk kembali ke kampus. Kereta termalam dari Andong ke Gumi sekitar pukul 21.00. Sementara Laily memilih menunggu Winner tampil, yang otomatis kembali ke Gumi esok hari.

Short trip di summer season kali ini lumayan berkesan. Hahoe Village cukup recommended bagi teman-teman yang ingin melihat secara langsung suasana pedesaan di Korea seperti di drama-drama. Tapi saya sarankan untuk berkunjung saat spring atau fall saja, supaya cuaca tidak terlalu panas ataupun dingin. Oke?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Europe trip 2023

Hi! Udah lama banget engga nulis di blog. Entah sebenernya ini blog ada yang baca atau engga, tapi biarlah jadi memori suatu hari nanti mungkin bisa jadi semacem buku digital. Keputusan buat europe trip tahun ini memang sebenarnya sedikit mendadak. Tetiba temen sekantor menginspirasi buat solo trip sebelum visa pertama habis. Jadilah liat-liat negara mana aja yang mungkin bisa didatangi sesuai budget dan akhirnya pilih Austria, Slovakia, Hungaria, Ceko, dan Polandia. Rentang waktunya adalah sepuluh hari, pas banget dimulainya dari mid-summer sampai sebelum summer course dimulai. Buat rutenya, aku dibantu planning sama pak Ali, tetangga rumah yang udah keliling banyak negara di Eropa.  Selama trip sepuluh hari, aku cuma nyiapin beberapa baju yang nantinya bisa dilaundry dengan cepat, jadinya cuma satu backpack. Tapi, backpack yang aku beli ini menurutku lumayan unik karena selain muat banyak, dalemnya mirip kayak koper, dan super light. Buat temen-temen yang mau backpack mungkin bis...

Rovaniemi Trip

Hi, winter is coming!!! Here in Lappeenranta is super cold already, even since yesterday the snow keeps coming.  Okay, kali ini saya mau berbagi soal pengalaman liburan ke Rovaniemi, Lapland.  Liburan kali ini bisa dibilang bukan liburan yang sebenarnya, ya karena emang cuma ambil waktu pas weekend yang super mepet. Kalau ditanya kenapa masih maksain pergi kesana, ya karena mumpung ada temennya. Hahahaha... Perjalan dari Lappeenranta ke Rovaniemi cukup jauh dan lama. Butuh lebih dari 12 jam untuk sampai ke sana dengan naik kereta. Saya pergi dari Lappeenranta hari Jumat sore dan sampai di Rovaniemi keesokan harinya. Tujuan utama ke Rovaniemi yaitu ke Santa Claus Village. Yey!! Saya bersama enam orang lainnya berkeliling di desa Santa Claus selama sehari penuh. Dari pagi kami sekitar setengah sepuluh, kami sudah mulai mengeksplor tempat-tempat yang super cantik dan instagramable. Ada banyak hiburan yang ditawarkan di tempat ini, mulai dari aneka souvenir shops, santa claus post...

Tinggal di asrama bareng warga asing, why not?

Hai hai... Udah nggak kerasa dua tahunan ini saya menjadi warga dormitory alias asrama. Dalam kurun waktu tersebut, rasanya udah nggak keitung berapa kali pindah kamar. Memang, pihak asrama meroling atau mewajibkan pindah kamar setiap satu semester sekitar dua sampai 3 kali. Hm, ribet juga sih sebenernya pindah-pindah terus, tapi ada sisi postifnya juga. Setiap kali pindah, kamar akan dibersihkan, jadi bisa dibilang kamar nggak bakal kotor parah atau sampai jadi mirip kandang ayam. Hihihi... Oke, saya mulai cerita dari kondisi dormnya dulu. Ada dua pilihan, satu kamar dua orang atau satu kamar empat orang. Saya pribadi tinggal di dorm yang sekamar empat orang. Selain lebih murah, bangunannya juga paling dekat dengan lab. Ukuran kamarnya nggak terlalu besar sih, cuma ya cukup lah buat empat orang. Setiap orang dapat fasilitas kasur (bunk bed), meja belajar beserta kursinya, lemari, baju, dan lemari sepatu. Di setiap kamar ada kamar mandi juga, jadi lumayan oke lah dari segi fas...