Date? Bian? Daegu?
Oke, tenang...ku jelasin satu-satu...
Sabtu lalu, 22 September 2018 kak Alif (masih inget kan, orang yang pernah muncul di cerita waktu di Busan) mengajak kami mahasiswa Indonesia yang ada di KIT untuk silaturahim dengan kak Syamsul, salah satu alumni KIT yang kini sedang post doctoral di DGIST (Daegu Gyeongbuk Institute of Science and Technology). Kak Syamsul juga berasal dari Indonesia. Dulu kak Syamsul menempuh S3 di KIT, lalu setelah lulus beliau beserta keluarga kecilnya pindah ke Daegu. Momen itu menjadi momen pamitan kak Alif ke kak Syamsul sebelum kak Alif berangkat ke Perancis akhir bulan ini.
Ini kali kedua bagi saya untuk ketemu dengan kak Syamsul dan keluarga kecilnya, setelah pertama kali waktu itu di Busan. Kak Syamsul dan istrinya yang juga alumni KIT, telah dikaruniai malaikat kecil yang lucu yang diberi nama Bian. Kini usianya baru sekitar satu setengah tahun dan sedang senang-senangnya jalan ataupun kunyah-kunyah makanan.
Kami bertemu Bian di downtown dekat stasiun Daegu. Si kecil Bian yang digendong ibuk nya masih malu-malu bertemu dengan om-om dan tante-tante yang mungkin asing baginya. Hahah...
Karena sudah masuk waktu makan siang, kami memutuskan untuk singgah makan siang di salah satu resto timur tengah. Sebenarnya saya bingung juga sih, itu resto India, Uzbek, atau Arab. Tapi intinya menu yang disajikan khas timur tengah seperti sup kambing, nasi kari, nasi briyani, dan masih banyak menu lainnya. Oh ya, resto ini menjual makanan halal kok, jadi aman bagi teman-teman muslim. Secara umum resto ini cukup nyaman. Ruangannya yang cukup luas, didekor dengan pernak pernik khas timur tengah. Ada lagi yang unik, pengelola resto ini adalah dua bersaudara yang kembar. Mereka yang menjadi koki sekaligus menjadi pelayan resto. Di tempat ini pula teman-teman dapat menumpang untuk salat. Ada kamar kecil di resto ini yang bisa digunakan untuk salat. Ya meskipun hanya cukup untuk satu orang, tapi lumayan lah.
Si kecil Bian yang sedari tadi selalu digendongan ibuk, kini mulai aktif berjalan keliling ruangan, melihat kesana kemari yang menurutnya menarik. Uniknya, Bian mulai bisa berbicara dalam banyak Bahasa, mulai dari Bahasa Indonesia, Inggris, maupun Korea. Jadi campur aduk. Wkwkwkwk….
"Ibuk, corn...masisoyo, corn enak…car...yellow..." dan masih banyak celotehnya yang bikin gemas. Pipinya pun tak luput dari cium-cium gemas om tantenya.
Setelah makan siang, kami lanjut jalan-jalan di daegu downtown. Daegu downtown siang itu cukup ramai rupanya. Maklum, akhir pekan. Meski mendung menggelayut di langit Daegu, tapi sepertinya tak menyurutkan orang-orang untuk berbelanja ataupun sekedar jalan-jalan cuci mata. Di sini teman-teman dapat dengan mudah menemukan toko-toko kosmetik dari berbagai merk, baju-baju, sepatu, dan masih banyak lagi. Hati-hati jaga dompet karena rawan bocor alias belanja sana sini terus lupa tetiba sudah habis banyak. Hahahah...Bagi kami mahasiswa yang hidup dengan beasiswa dari professor tentu harus banyak-banyak istighfar sepertinya, selalu ingat untuk hemat-hemat-hemat. Wkwkwkwkw
Lelah berjalan, kami mampir di salah satu coffe shop yang ada di area downtown. Para om tante saling mengobrol santai, sementara saya bermain bersama bian. Bian lumayan nempel sepertinya. Hehehe... Sudah lama tak gendong-gendong balita. Momen ini sebenarnya mengingatkan saya pada adik-adik saya yang sudah beranjak besar. Waktu terasa berjalan cepat. Ada sedikit rasa bersalah kepada mereka, karena tak bisa menikmati waktu bermain bersama mereka sewaktu kecil atau melihat tingkah lucunya. Entah kenapa jaman dulu yang ada cuma berantem sama mereka :(
Oh ya di dekat coffe shop ini juga ada toko yang menjual omuk. Itu lho, fish cake yang biasa ada di drama-drama. Sepertinya toko ini cukup terkenal, karena toko ini cukup ramai. Makan omuk di saat mendung dan dingin memang cocok karena omuk yang hangat. Hm, sayangnya saya nggak mengingat nama tokonya. :(
Hari sudah mulai sore, kami pun kembali ke stasiun Daegu untuk kembali ke Gumi. Daegu dan Gumi tidaklah terlalu jauh, hanya 30 menit dengan kereta. Harga tiketnya pun hanya 3000 won. Murah kan? Tempat ini bisa menjadi pilihan teman-teman jika ingin jalan-jalan santai atau hangout di akhir pekan.
See you next time Bian… Nanti kapan-kapan kita nge-date lagi, oke?
Oke, tenang...ku jelasin satu-satu...
Sabtu lalu, 22 September 2018 kak Alif (masih inget kan, orang yang pernah muncul di cerita waktu di Busan) mengajak kami mahasiswa Indonesia yang ada di KIT untuk silaturahim dengan kak Syamsul, salah satu alumni KIT yang kini sedang post doctoral di DGIST (Daegu Gyeongbuk Institute of Science and Technology). Kak Syamsul juga berasal dari Indonesia. Dulu kak Syamsul menempuh S3 di KIT, lalu setelah lulus beliau beserta keluarga kecilnya pindah ke Daegu. Momen itu menjadi momen pamitan kak Alif ke kak Syamsul sebelum kak Alif berangkat ke Perancis akhir bulan ini.
Liat apa sih Bi? |
Ini kali kedua bagi saya untuk ketemu dengan kak Syamsul dan keluarga kecilnya, setelah pertama kali waktu itu di Busan. Kak Syamsul dan istrinya yang juga alumni KIT, telah dikaruniai malaikat kecil yang lucu yang diberi nama Bian. Kini usianya baru sekitar satu setengah tahun dan sedang senang-senangnya jalan ataupun kunyah-kunyah makanan.
Kami bertemu Bian di downtown dekat stasiun Daegu. Si kecil Bian yang digendong ibuk nya masih malu-malu bertemu dengan om-om dan tante-tante yang mungkin asing baginya. Hahah...
Karena sudah masuk waktu makan siang, kami memutuskan untuk singgah makan siang di salah satu resto timur tengah. Sebenarnya saya bingung juga sih, itu resto India, Uzbek, atau Arab. Tapi intinya menu yang disajikan khas timur tengah seperti sup kambing, nasi kari, nasi briyani, dan masih banyak menu lainnya. Oh ya, resto ini menjual makanan halal kok, jadi aman bagi teman-teman muslim. Secara umum resto ini cukup nyaman. Ruangannya yang cukup luas, didekor dengan pernak pernik khas timur tengah. Ada lagi yang unik, pengelola resto ini adalah dua bersaudara yang kembar. Mereka yang menjadi koki sekaligus menjadi pelayan resto. Di tempat ini pula teman-teman dapat menumpang untuk salat. Ada kamar kecil di resto ini yang bisa digunakan untuk salat. Ya meskipun hanya cukup untuk satu orang, tapi lumayan lah.
Si kecil Bian yang sedari tadi selalu digendongan ibuk, kini mulai aktif berjalan keliling ruangan, melihat kesana kemari yang menurutnya menarik. Uniknya, Bian mulai bisa berbicara dalam banyak Bahasa, mulai dari Bahasa Indonesia, Inggris, maupun Korea. Jadi campur aduk. Wkwkwkwk….
"Ibuk, corn...masisoyo, corn enak…car...yellow..." dan masih banyak celotehnya yang bikin gemas. Pipinya pun tak luput dari cium-cium gemas om tantenya.
Bian dan om Alif |
Lelah berjalan, kami mampir di salah satu coffe shop yang ada di area downtown. Para om tante saling mengobrol santai, sementara saya bermain bersama bian. Bian lumayan nempel sepertinya. Hehehe... Sudah lama tak gendong-gendong balita. Momen ini sebenarnya mengingatkan saya pada adik-adik saya yang sudah beranjak besar. Waktu terasa berjalan cepat. Ada sedikit rasa bersalah kepada mereka, karena tak bisa menikmati waktu bermain bersama mereka sewaktu kecil atau melihat tingkah lucunya. Entah kenapa jaman dulu yang ada cuma berantem sama mereka :(
Oh ya di dekat coffe shop ini juga ada toko yang menjual omuk. Itu lho, fish cake yang biasa ada di drama-drama. Sepertinya toko ini cukup terkenal, karena toko ini cukup ramai. Makan omuk di saat mendung dan dingin memang cocok karena omuk yang hangat. Hm, sayangnya saya nggak mengingat nama tokonya. :(
Hari sudah mulai sore, kami pun kembali ke stasiun Daegu untuk kembali ke Gumi. Daegu dan Gumi tidaklah terlalu jauh, hanya 30 menit dengan kereta. Harga tiketnya pun hanya 3000 won. Murah kan? Tempat ini bisa menjadi pilihan teman-teman jika ingin jalan-jalan santai atau hangout di akhir pekan.
See you next time Bian… Nanti kapan-kapan kita nge-date lagi, oke?
Komentar
Posting Komentar