Hi para gabuterss....
Tak terasa sudah lebih dari dua minggu saya hidup di negeri orang, alias di Korea sebagai mahasiswa KIT. Banyak yang tanya, gimana rasanya hidup sebagai mahasiswa di Korea, gimana kehidupan mahasiswa di kampus sini, dll yang inti pertanyaannya sebenarnya sama aja. Hehehe...
Baiklah, dari pada jawab satu-satu lebih baik saya tulis saja di sini ya, tapi akan saya bagi jadi dua part supaya tidak terlalu panjang. :))
Awal-awal hidup di sini, perbedaan yang paling kerasa yaitu cuaca. Kebetulan ini masih winter, jadi ya dingin. Suhu bisa berkisar 0-20 an derajat celcius. Kemarin sempat turun salju, jadi suhu mungkin bisa minus. Kalau dingin, gigi bisa bergetar sendiri, tangan terasa kebas dan beku saking dinginnya. Meskipun salju hujan lebat, kuliah tetap jalan seolah tidak terjadi apa-apa. Paling professor lebih pengertian aja kalau kami terlambat masuk lab, karena salju sedang lebat. Tapi selain itu, jadwal tetap berjalan seperti biasa. Kalaupun ada kelas di malam hari, kelas tidak akan libur, percayalah!
Cuaca dingin, gimana?
Ya pakailah baju yang hangat. Karena saya bukan tipe orang yang membedakan baju berdasarkan musim, jadi ya terima sajalah baju-baju yang ada. Celana panjang, baju panjang, dan kalau dingin pakai jaket tebal dan celana dobel. Kadang kalau jaket tak terlalu tebal, pakai saja jaket dobel. Boleh kok pakai topi, syal, kaus kaki, dan kaus tangan. Dibawa mudah sajalah...
Oh ya, musim dingin bisa membuat kulit kalian kering parah. Begitu pula kulit saya yang kering akut, bahkan saking keringnya kulit bibir bisa pecah-pecah, kulit di hidung seperti mengelupas, dan kulit di tangan sangat sensitif, jadi mudah terbeset (mucul luka beset kecil-kecil). Solusinya ya pakailah lipbalm, handbody, dan pelembab wajah. Entah laki-laki atau perempuan, tapi itu memang kebutuhan guys. Jadi para laki-laki di sini juga pakai pelembab dan handbody, mungkin lipbalm juga. Hehehe...
Toiletnya nggak ada air, susah dong?
Yap, perlu diingat dan dimaklumi bahwa di sini umumnya toilet duduk dan tak menyediakan semprotan air seperti di Indonesia. Nah, solusinya gimana? Bawalah wadah air yang portable, jadi tinggal diisi dan buat bilas. Tapi beberapa toilet di kampus ini menyediakan toilet yang ada banyak tombolnya di sisi samping, jadi tinggal pencet saja nanti air akan keluar dari situ. Terbiasalah dengan situasi yang tidak biasa seperti di Indonesia. Satu lagi terkait dengan toilet, yaitu masalah wudhu. Yap, kalau mau sholat pasti harus wudhu kan? Nah solusinya bisa lakukan wudhu di wastafel, tapi basuh kaki di toilet pakai wadah air yang kalian bawa tadi. Kaki dilarang naik ke wastafel ya guys, bisa di marahin. Kalau kepepet, ya kakinya di lap-lap saja. Hehehe...bismillah...
Tak ada masjid, mushola, sholatnya?
Guys, kalau kalian muslim, sholat jangan dilupakan ya. Dulu pas perjalanan dari Indonesia ke Korea lumayan memakan waktu lama dan otomatis menabrak banyak waktu sholat. Caranya? Kalau masih di area Indonesia atau Malaysia, dengan mudah kita bisa menemukan mushola. Lah kalau sudah sampai Korea? Ya sholatlah di bus atau pesawat kalau masih di perjalanan. Dijamak boleh kok. Hehe...Nah, sesudah sampai di kampus, sholat tetap harus jalan. Jangan lupa pasang jadwal sholat di handphone supaya tahu kalau sudah masuk waktu sholat. Sholat bisa kalian lakukan di dorm atau asrama. Di kampus ini cuma ada satu ruang interfaith prayer room. Jadi sebenarnya itu ruang ibadah antar agama, tapi mostly yang ibadah di situ muslim saja. Tempatnya lumayan nyaman, jadi bisa sholat di situ. Solusi lain? sholat di laboratorium, sholat di ruang kelas, atau tempat-tempat lain yang sepi dan cukup untuk sholat. Ya rasanya agak aneh ketika sholat bukan di masjid atau mushola, tapi ya lama-lama terbiasa. Oh ya, masjid di kota Gumi cuma satu, jadi para laki-laki biasanya pas jumat ke masjid bareng-bareng buat sholat jumat.
Makanan jarang yang halal, solusinya?
Tenang guys, tidak semua makanan di sini haram kok, masih ada makanan yang bisa di makan. Hehehe... misalnya kimbab, topokki, odeng, roti tanpa daging, susu, jus, kopi, dll. Dalam memilih makanan, tentu saja harus jeli. Kenapa? ya bayangin aja snack semacem ciki-ciki itu kadang ada kandungan babinya, begitu pula permen, dan es krim. Ngeri ya? ya enggak lah... Pintar-pintar memilih saja. Mudahnya, mintalah tolong teman yang bisa bahasa korea untuk lihat apakah makanan tersebut mengandung babi, daging, alkohol, dan hal haram lainnya. Oh ya, pemilihan makanan juga sangat bergantung pada kepercayaan kalian. Maksudnya? Gini, kalau saya termasuk golongan anak-anak yang nggak makan ayam dan daging sapi di sini. Kenapa? Ya karena kurang sreg saja kalau prosesnya tidak secara halal. Meski demikian, beberapa teman saya tetep saja makan ayam dan daging sapi kok, selama itu tidak babi. Semuanya tergantung kepercayaan masing-masing. Hal teraman ya masak sendiri. Pilih bahan sayur-sayuran dan seafood, lalu masak.
Skill masak zero, so?
Wait, ini saya banget. Jujur saya bukan orang yang bisa masak. Kenapa? ya karena dulu dari orok sampai lulus bachelor degree nggak terbiasa masak. Dulu jaman sekolah makanan pasti ada di rumah. Pas ngekos, kalau lapar tinggal ke tempat makan dekat kosan. Itu tuh, hal yang kurang baik sebenarnya. Nah di sini karena terpepet kondisi, mau tak mau ya harus masak. Belajar lah, nanti lama-lama akan terbiasa. Menu pertama yang saya buat disini gado-gado. Why? ya karena tinggal potong-potong semua sayur, di rebus, lalu siram saus kacang yang sudah di bawa dari rumah. Setelah itu, barulah saya mulai belajar membuat menu semacam cah wortel dan sawi. Rasanya? Enak kok, apapun rasanya terima saja, itu hasil masakan sendiri. Hehehehe....
Motor nggak ada, solusinya?
Bagi para motorcycle lovers, alias yang kemana-mana naik motor dan males jalan, di sini kalian harus terbiasa jalan kaki dan pakai angkutan umum. Pakailah sepatu atau sandal yang nyaman untuk dipakai jalan. Jalan jauh jadi hal yang biasa. Naik turun tangga jadi terbiasa. Angkutan umum di sini juga lumayan nyaman, jadi jangan khawatir. Jangan malas untuk bergerak ke halte, karena bus hanya akan berhenti di halte. Hehehe...Oh ya, di sini hampir semua alat transportasi menggunakan t-money. Jadi, belilah kartu t-money dan isi ulang jika habis saldonya. Mudah kan?
Oke..part 1 segitu dulu ya... intinya berdamailah dengan segala kondisi yang tidak seperti biasanya. Dengan demikian kalian akan lebih banyak bersyukur. :))
Tak terasa sudah lebih dari dua minggu saya hidup di negeri orang, alias di Korea sebagai mahasiswa KIT. Banyak yang tanya, gimana rasanya hidup sebagai mahasiswa di Korea, gimana kehidupan mahasiswa di kampus sini, dll yang inti pertanyaannya sebenarnya sama aja. Hehehe...
Baiklah, dari pada jawab satu-satu lebih baik saya tulis saja di sini ya, tapi akan saya bagi jadi dua part supaya tidak terlalu panjang. :))
Awal-awal hidup di sini, perbedaan yang paling kerasa yaitu cuaca. Kebetulan ini masih winter, jadi ya dingin. Suhu bisa berkisar 0-20 an derajat celcius. Kemarin sempat turun salju, jadi suhu mungkin bisa minus. Kalau dingin, gigi bisa bergetar sendiri, tangan terasa kebas dan beku saking dinginnya. Meskipun salju hujan lebat, kuliah tetap jalan seolah tidak terjadi apa-apa. Paling professor lebih pengertian aja kalau kami terlambat masuk lab, karena salju sedang lebat. Tapi selain itu, jadwal tetap berjalan seperti biasa. Kalaupun ada kelas di malam hari, kelas tidak akan libur, percayalah!
Cuaca dingin, gimana?
Ya pakailah baju yang hangat. Karena saya bukan tipe orang yang membedakan baju berdasarkan musim, jadi ya terima sajalah baju-baju yang ada. Celana panjang, baju panjang, dan kalau dingin pakai jaket tebal dan celana dobel. Kadang kalau jaket tak terlalu tebal, pakai saja jaket dobel. Boleh kok pakai topi, syal, kaus kaki, dan kaus tangan. Dibawa mudah sajalah...
Oh ya, musim dingin bisa membuat kulit kalian kering parah. Begitu pula kulit saya yang kering akut, bahkan saking keringnya kulit bibir bisa pecah-pecah, kulit di hidung seperti mengelupas, dan kulit di tangan sangat sensitif, jadi mudah terbeset (mucul luka beset kecil-kecil). Solusinya ya pakailah lipbalm, handbody, dan pelembab wajah. Entah laki-laki atau perempuan, tapi itu memang kebutuhan guys. Jadi para laki-laki di sini juga pakai pelembab dan handbody, mungkin lipbalm juga. Hehehe...
Toiletnya nggak ada air, susah dong?
Bersama room-mate dari Bangladesh dan Mongolia |
Tak ada masjid, mushola, sholatnya?
Guys, kalau kalian muslim, sholat jangan dilupakan ya. Dulu pas perjalanan dari Indonesia ke Korea lumayan memakan waktu lama dan otomatis menabrak banyak waktu sholat. Caranya? Kalau masih di area Indonesia atau Malaysia, dengan mudah kita bisa menemukan mushola. Lah kalau sudah sampai Korea? Ya sholatlah di bus atau pesawat kalau masih di perjalanan. Dijamak boleh kok. Hehe...Nah, sesudah sampai di kampus, sholat tetap harus jalan. Jangan lupa pasang jadwal sholat di handphone supaya tahu kalau sudah masuk waktu sholat. Sholat bisa kalian lakukan di dorm atau asrama. Di kampus ini cuma ada satu ruang interfaith prayer room. Jadi sebenarnya itu ruang ibadah antar agama, tapi mostly yang ibadah di situ muslim saja. Tempatnya lumayan nyaman, jadi bisa sholat di situ. Solusi lain? sholat di laboratorium, sholat di ruang kelas, atau tempat-tempat lain yang sepi dan cukup untuk sholat. Ya rasanya agak aneh ketika sholat bukan di masjid atau mushola, tapi ya lama-lama terbiasa. Oh ya, masjid di kota Gumi cuma satu, jadi para laki-laki biasanya pas jumat ke masjid bareng-bareng buat sholat jumat.
Tenang guys, tidak semua makanan di sini haram kok, masih ada makanan yang bisa di makan. Hehehe... misalnya kimbab, topokki, odeng, roti tanpa daging, susu, jus, kopi, dll. Dalam memilih makanan, tentu saja harus jeli. Kenapa? ya bayangin aja snack semacem ciki-ciki itu kadang ada kandungan babinya, begitu pula permen, dan es krim. Ngeri ya? ya enggak lah... Pintar-pintar memilih saja. Mudahnya, mintalah tolong teman yang bisa bahasa korea untuk lihat apakah makanan tersebut mengandung babi, daging, alkohol, dan hal haram lainnya. Oh ya, pemilihan makanan juga sangat bergantung pada kepercayaan kalian. Maksudnya? Gini, kalau saya termasuk golongan anak-anak yang nggak makan ayam dan daging sapi di sini. Kenapa? Ya karena kurang sreg saja kalau prosesnya tidak secara halal. Meski demikian, beberapa teman saya tetep saja makan ayam dan daging sapi kok, selama itu tidak babi. Semuanya tergantung kepercayaan masing-masing. Hal teraman ya masak sendiri. Pilih bahan sayur-sayuran dan seafood, lalu masak.
Skill masak zero, so?
Wait, ini saya banget. Jujur saya bukan orang yang bisa masak. Kenapa? ya karena dulu dari orok sampai lulus bachelor degree nggak terbiasa masak. Dulu jaman sekolah makanan pasti ada di rumah. Pas ngekos, kalau lapar tinggal ke tempat makan dekat kosan. Itu tuh, hal yang kurang baik sebenarnya. Nah di sini karena terpepet kondisi, mau tak mau ya harus masak. Belajar lah, nanti lama-lama akan terbiasa. Menu pertama yang saya buat disini gado-gado. Why? ya karena tinggal potong-potong semua sayur, di rebus, lalu siram saus kacang yang sudah di bawa dari rumah. Setelah itu, barulah saya mulai belajar membuat menu semacam cah wortel dan sawi. Rasanya? Enak kok, apapun rasanya terima saja, itu hasil masakan sendiri. Hehehehe....
Motor nggak ada, solusinya?
Bagi para motorcycle lovers, alias yang kemana-mana naik motor dan males jalan, di sini kalian harus terbiasa jalan kaki dan pakai angkutan umum. Pakailah sepatu atau sandal yang nyaman untuk dipakai jalan. Jalan jauh jadi hal yang biasa. Naik turun tangga jadi terbiasa. Angkutan umum di sini juga lumayan nyaman, jadi jangan khawatir. Jangan malas untuk bergerak ke halte, karena bus hanya akan berhenti di halte. Hehehe...Oh ya, di sini hampir semua alat transportasi menggunakan t-money. Jadi, belilah kartu t-money dan isi ulang jika habis saldonya. Mudah kan?
Oke..part 1 segitu dulu ya... intinya berdamailah dengan segala kondisi yang tidak seperti biasanya. Dengan demikian kalian akan lebih banyak bersyukur. :))
Komentar
Posting Komentar