Langsung ke konten utama

Postingan

Tinggal di asrama bareng warga asing, why not?

Hai hai... Udah nggak kerasa dua tahunan ini saya menjadi warga dormitory alias asrama. Dalam kurun waktu tersebut, rasanya udah nggak keitung berapa kali pindah kamar. Memang, pihak asrama meroling atau mewajibkan pindah kamar setiap satu semester sekitar dua sampai 3 kali. Hm, ribet juga sih sebenernya pindah-pindah terus, tapi ada sisi postifnya juga. Setiap kali pindah, kamar akan dibersihkan, jadi bisa dibilang kamar nggak bakal kotor parah atau sampai jadi mirip kandang ayam. Hihihi... Oke, saya mulai cerita dari kondisi dormnya dulu. Ada dua pilihan, satu kamar dua orang atau satu kamar empat orang. Saya pribadi tinggal di dorm yang sekamar empat orang. Selain lebih murah, bangunannya juga paling dekat dengan lab. Ukuran kamarnya nggak terlalu besar sih, cuma ya cukup lah buat empat orang. Setiap orang dapat fasilitas kasur (bunk bed), meja belajar beserta kursinya, lemari, baju, dan lemari sepatu. Di setiap kamar ada kamar mandi juga, jadi lumayan oke lah dari segi fas...

Amor Fati by Rando Kim

Halo para pembaca semuanya,  Kali ini saya akan bercerita tentang buku favorit yang baru saja selesai saya baca, judulnya "Amor Fati" karya Rando Kim, seorang Professor di Seoul National University. Kenapa sih sampe harus ditulis di blog ini? Ya karena saya rasa ada banyak pelajaran yang bisa di petik dan buku ini sangat recommended buat temen-temen yang sedang dalam tahap "adulting" atau menjadi dewasa.  Waktu itu pas jalan-jalan ke Gramedia Solo, entah gimana random banget mata ini tertuju pada buku Amor Fati. Dari judulnya udah menarik nih, soalnya di covernya ada tulisan -cintai takdirmu-. Weits, bahas-bahas takdir nih. Langsung aja random buka salah satu halaman buku itu. Eh, pas banget di halaman yang topiknya tentang kapan menikah. Eaaa.... Langsunglah buka-buka halaman yang lain kok sepertinya menarik nih buku. Ya udah langsung masuk keranjang lalu bayar.  Buku itu akhirnya saya bawa ke Korea dan baru saya baca beberapa minggu kemudian. Benar ...

Kesehatan mental graduate student, is that a matter?

Yes it is. Iya benar, kesehatan mental mahasiswa graduate school itu penting pake banget. Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya pribadi yang sedang menempuh pendidikan master dan PhD. Ada banyak hal yang saya rasakan dan saya pikirkan. Mungkin cerita panjang lebar ini akan sangat beririsan atau sangat berhubungan dengan apa yang para pembaca sekalian rasakan atau hadapi. Bagi kalian yg menganggap ini masalah sepele, ya gapapa karena ketahanan pribadi masing2 orang kan beda. Tapi misal kalian ngerasa hal yang sama, I am very happy to open the discussion here ^^ Pernah ga sih kalian ngerasa down banget ketika something bad happen di lab atau di kampus? Entah karena hasil eksperimen jelek, ada masalah sama temen lab, atau supervisor kalian marah ke kalian? Yes I do, pernah. Rasanya down dan sampe-sampe rasanya sakit banget di hati. Nyesek gitu gengs. Hahaha... Sayangnya rasa sakit itu terkadang butuh waktu untuk sembuh dan butuh waktu juga buat up lagi. Nah masalahnya adala...

Kapan Nikah?

Nah kan...umur ngga kerasa udah 25 dan sepertinya hampir semua orang mengajukan pertanyaan serupa, senada, sewarna: "Kapan nikah?" "Gimana, udah ada calon kan?" "Orang mana calonnya?" "Kapan nih ga single?" "Habis ini nyusul ya?" Hahaha... yes, those are true. Saya tak bisa memungkiri itu semua. Mulai dari saudara, teman, dosen, dan bahkan random person yang ditemui di tempat umum juga bisa tanya, "Masih sendiri kan mbak?" Oh God... Mama saya pun tak luput dari serangan pertanyaan-pertanyaan itu: "Bu, kapan nih mantunya?" "Kapan anaknya nikah?"  Jika dipikir, lucu juga sih. Itu artinya orang-orang tersebut punya perhatian khusus untuk kami. Mereka peduli. Anggap saja begitu. Mungkin bagi sebagian besar orang pertanyaan-pertanyaan itu bikin anxious, stress, pusing sendiri lalu buru-buru cari pacar atau mungkin jalur taaruf jadi pilihan kilat. Perjodohan pun juga bisa terjadi. b...

My first Poster Presentation- KECS Meeting Yeosu

Hai pembaca Jejak Sepatuku! Setelah sekian lama vakum, akhirnya blog ini terisi kembali dengan cerita dari jejak-jejak sepatu saya. Bulan lalu, tepatnya di tanggal 7-8 November 2019, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti conference yang cukup bergengsi di ranah elektrokimia yaitu KECS meeting 2019. KECS atau Korean Electrochemical Society meeting adalah konferensi tahunan para saintis di bidang elektrokimia khususnya di Korea. Para saintis ini saling mempresentasikan hasil risetnya dalam bentuk poster maupun oral presentation. Peserta KECS meeting pun sangat beragam, mulai dari mahasiswa, professor, postdoc, ataupun pegawai industri di bidang elektrokimia. Sebagai pengalaman pertama, tentu saya sangat senang bisa berpartisipasi dalam KECS meeting ini. Tahun ini event tersebut diadakan di Yeosu Expo Center, tepatnya di kota Yeosu, provinsi Jeollanam-do. Dalam acara ini saya mempresentasikan hasil riset saya dalam bentuk poster. Semoga tahun depan ataupun next conference bisa ik...