Langsung ke konten utama

Kesehatan mental graduate student, is that a matter?

Yes it is. Iya benar, kesehatan mental mahasiswa graduate school itu penting pake banget.
Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya pribadi yang sedang menempuh pendidikan master dan PhD. Ada banyak hal yang saya rasakan dan saya pikirkan. Mungkin cerita panjang lebar ini akan sangat beririsan atau sangat berhubungan dengan apa yang para pembaca sekalian rasakan atau hadapi. Bagi kalian yg menganggap ini masalah sepele, ya gapapa karena ketahanan pribadi masing2 orang kan beda. Tapi misal kalian ngerasa hal yang sama, I am very happy to open the discussion here ^^

Pernah ga sih kalian ngerasa down banget ketika something bad happen di lab atau di kampus? Entah karena hasil eksperimen jelek, ada masalah sama temen lab, atau supervisor kalian marah ke kalian?
Yes I do, pernah. Rasanya down dan sampe-sampe rasanya sakit banget di hati. Nyesek gitu gengs. Hahaha... Sayangnya rasa sakit itu terkadang butuh waktu untuk sembuh dan butuh waktu juga buat up lagi. Nah masalahnya adalah gimana kalau something bad itu terjadi dalam waktu yang saling berdekatan alias sering? Tapi ya ga sering juga sih, intinya kaya baru sembuh dari sakit yang kemarin eh kena sakit lagi. Sampek pada titik kalian ngerasa "so lame" atau ngerasa "ga bisa apa-apa".

Di sisi lain, kalian ga pengen ngebeberin masalah yang kalian rasa ke orang lain karena ternyata orang lain di sekitar kalian juga punya masalah masing-masing. Bisa jadi juga kalian ngerasa udah cukup dewasa untuk menghadapi masalah yang ada. Kemungkinan lain kalian punya rasa ketakutan tersendiri untuk cerita karena takut cerita kalian tersebar. Hmm... endingnya adalah kalian pendem sendiri semuanya hingga berujung pada numpuk semuanya jadi satu di otak.

Live your life and be grateful
Oke, panjang ya ceritanya? Iya gengs, itu lah kenyataannya. Saya pernah merasakan hal-hal 'shit' itu semua. Sepanjang hari sensitif, mencoba mencari pengobatan sendiri atas sakit mental yang dihadapi. Eh tapi kalo dari perspektif saya nih, tanda bagus kalo kalian sadar kalo ada sesuatu yang ngga beres dalam diri kalian. "I am not feeling well". Kalau kalian sadar akan hal itu, berarti ya saatnya cari pengobatan. Nggak cuma fisik gengs yang perlu diobatin, tapi mental juga.

Saya sempat kepikiran buat mencari semacem psikiater or psikolog dan punya sesi konseling dengannya. Tapi di sekolah saya nggak ada, jadi saya cari cara lain untuk healing myself. Beberapa cara ini mungkin bisa kalian coba setidaknya untuk bertahan buat nggak semakin parah dan mencoba untuk bangkit kembali. Ya meskipun ini ga menyembuhkan seketika, tapi setidaknya ini bisa mengamankan diri kalian dari hal-hal buruk yang lebih parah lagi.

1. Stop, take a break for a while.
Apapun itu, jika kamu merasa hari itu sangat berat dan menyakitkan cobalah istirahat dulu. Ketika hatimu sakit dan ragamu lelah, istirahatlah. Ingat, di tubuh yang sehat ada jiwa yang kuat. Ya kan? Nah istirahat setidaknya akan membuat tubuhmu segar dan punya kekuatan di hari berikutnya. Dengan istirahat atau tidur, otakmu juga lebih tenang.

2. Perbanyak doa
Guys, whatever your religion or belief, doa itu something yang powerful banget. Meski mungkin Tuhan ga kasih jawaban atau pertolongan ke kalian saat itu juga, setidaknya hati kalian lebih tenang. Coba hubungkan hati kalian ke Tuhan, coba ceritakan apapun itu ke Tuhan. Sebut nama-Nya sebanyak mungkin hingga kalian tenang dan yakin bahwa Tuhan benar ada buat kalian. Coba ingat-ingat lagi pemberian Tuhan yang sebenarnya tanpa kalian sadari banyak banget yang harus disyukuri. Coba positive thinking ke Tuhan, siapa tau Dia ingin membuat kalian lebih kuat, naik tingkat dari sebelumnya. Tuhan kalian ingin lebih baik, tapi dengan cara-Nya yang kadang susah kita pahami.

3. Ajak dirimu ngobrol
Hm, mungkin ini sedikit aneh buat beberapa orang, tapi cobalah. Coba ambil secarik kertas, lalu tanyakan dirimu apa yang sebenarnya kamu rasakan. Coba tulis perasaan-perasaan itu. Definisikan sedetil mungkin apa saja yang kalian rasakan. Apakah marah, sedih, bahagia, kesal, khawatir, dan lain sebagainya. Kalian harus bisa mengurai rasa yang kelihatannya numpuk di hati kalian. Lalu coba tanya lagi ke diri kalian, kenapa kalian punya perasaan itu? Apa kemungkinan penyebabnya? Apa yang men-trigger kalian punya perasaan-perasaan itu. Tulis apa-apa yang terjadi yang membuat kalian seperti itu. Setelah tau penyebabnya, maka ajaklah pikiran kalian untuk mencoba menyelesaikan permasalahan yang kalian hadapi. Kan udah tau akar masalahnya, nah coba kalian pikirkan hal apa yang bisa kalian coba untuk fixing that problem. Misalnya kalian nggak bisa dan butuh bantuan, ya mulailah cari bantuan.

4. Ask for help
Buat kalian yang tipe-tipe tak bisa memendam semua sendirian, ada baiknya temukan orang yang bisa dipercaya untuk diajak berbagi. Orang itu bisa dari keluarga kalian, bisa sahabat kalian, atau siapapun yang kalian bisa percaya. Kadang cerita ke orang lain itu emang ga 100% bisa menyelesaikan, tapi setidaknya ada rasa lega. Hati yang tadinya sesak setidaknya ada sedikit space baru untuk kalian bernafas. Beruntung jika problem yang kalian hadapi ini bisa terselesaikan dari hasil mengobrol dengan orang lain.

5. You need some fresh air
Mengurung diri terus-terusan di suatu ruangan itu nggak baik juga gengs. Kalian butuh udara segar. Cobalah keluar, coba liat lingkungan sekitar. Coba jalan keliling kompleks atau coba jalan ke mini market untuk buying some snack yang kalian suka. Dengan keluar dari ruangan juga kalian setidaknya akan dibuat sadar bahwa kalian masih hidup. Buktinya? Bisa jalan, bisa melihat sekitar, ketemu orang, dan sebagainya yang membuat kalian bersyukur.

Last, sebenarnya saya sendiri suka membaca buku motivasi, mental health, dan buku-buku yang bertemakan psychology. Dengan membaca buku-buku tersebut saya merasa saya tidak sendirian. Ada banyak orang diluar sana yang juga mengalami hal yang sama, dan kadang lebih parah. Buku-buku tersebut juga membantu bagaimana saya harus bersikap dan memberi ide apa yang harus saya lakukan supaya saya menjadi lebih positif. Saya juga bisa belajar bagaimana saya harus bersikap jika ada orang-orang disekitar saya yang mengalami masalah mental.

Guys, masalah mental itu nyata. Bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibahas tapi ini penting karena diam-diam banyak orang juga mengalaminya. Jangan sampai karena masalah mental ini tak teratasi atau tak tertolong maka akibatnya justru lebih besar, seperti misalnya bunuh diri atau dilampiaskan ke hal-hal yang menyimpang dari norma.
Gimana pendapat kalian my fellow graduate student? ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Finally, LUT chose me🚀

Hai hai... Tak terasa saya sudah tinggal sekitar enam bulan di Bali. Tentu saja ini hal yang saya sangat syukuri, punya kesempatan tinggal di salah satu destinasi wisata impian sejuta umat. Sunset di pantai Bali memang sungguh cantik. Ditambah lagi dengan debur ombak yang cukup kuat di daerah pesisir barat memang jadi daya tarik bagi para surfer.  Well, I want to share some great news! Finally, I am accepted at Lappeenranta-Lahti University of Technology (LUT) Finland! Yey!!!😍 Sebenarnya penguman penerimaan ini sudah saya terima sejak sebulan lalu. Perjalanan menemukan tempat belajar memang tidak mudah. Apalagi sebelumnya saya juga masih galau memikirkan apa yang saya suka, apa yang saya inginkan, dan akan seperti apa di masa depan. Setelah bekerja beberapa bulan di manufaktur, saya merasakan sedikit monoton. Meskipun ada tantangan-tantangan baru yang dihadapi baik dengan pekerjaan itu sendiri dan orang-orang sekitar, tapi ada satu hal yang sepertinya terasa beda. Kebahagiaan yang say

Europe trip 2023

Hi! Udah lama banget engga nulis di blog. Entah sebenernya ini blog ada yang baca atau engga, tapi biarlah jadi memori suatu hari nanti mungkin bisa jadi semacem buku digital. Keputusan buat europe trip tahun ini memang sebenarnya sedikit mendadak. Tetiba temen sekantor menginspirasi buat solo trip sebelum visa pertama habis. Jadilah liat-liat negara mana aja yang mungkin bisa didatangi sesuai budget dan akhirnya pilih Austria, Slovakia, Hungaria, Ceko, dan Polandia. Rentang waktunya adalah sepuluh hari, pas banget dimulainya dari mid-summer sampai sebelum summer course dimulai. Buat rutenya, aku dibantu planning sama pak Ali, tetangga rumah yang udah keliling banyak negara di Eropa.  Selama trip sepuluh hari, aku cuma nyiapin beberapa baju yang nantinya bisa dilaundry dengan cepat, jadinya cuma satu backpack. Tapi, backpack yang aku beli ini menurutku lumayan unik karena selain muat banyak, dalemnya mirip kayak koper, dan super light. Buat temen-temen yang mau backpack mungkin bisa li

Assalamualaikum Lappeenranta!

Halo-halo... Setelah beberapa bulan off dari blog akhirnya balik lagi. Dalam beberapa bulan terakhir emang lagi sibuk-sibuknya urus ini itu dan segala perintilan persiapan studi lanjut di Finlandia. Kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya dari Indonesia ke kota Lappeenranta di Finlandia tempat saya akan belajar dalam beberapa tahun ke depan. Setelah resign dari kantor di Bali, akhirnya saya pulang ke rumah orang tua. Sekitar tiga minggu akhirnya waktu itu saya gunakan untuk berkunjung ke beberapa lokasi sekitar Wonogiri, termasuk Solo, Sragen, dan tentu saja Jogja. Tidak hanya sekedar plesir, tapi saya benar-benar berusaha menggunakan waktu yang saya miliki untuk bersama dengan keluarga dan teman-teman terdekat. Ditambah lagi senang sekali bisa bersilaturahmi ke kampus tercinta. Setiap sebelum pergi studi lanjut, saya selalu re-charge kembali ke kampus saat S1 demi mendengarkan wejangan ataupun cerita-cerita seru dari dosen-dosen di Pendidikan Fisika.  Waktu yang dinanti tiba.