Halo semua... udah lama banget nggak nulis. Setelah sekian bulan baru nulis lagi. Ini udah pukul 11.51 waktu Korea Selatan, tanggal 31 Desember 2020. Itu berarti 9 menit lagi masuk di tahun 2021.
So, kali ini saya mau berbagi pengalaman seputar 2020. Let's have a bit flash back. Ada pengalaman menyenangkan, ada yang menyedihkan, yang pait juga banyak. Hahahaha... But alhamdulillah semua sudah terlewati. Banyak-banyak bersyukur aja karena tahun 2020 emang super special. Semua yang berhasil melewati tahun 2020 adalah orang-orang yang diberkahi dengan kesehatan. Pandemic is not a joke bro.
Karena saya masih studi jadi yang diceritain ya seputar studi dan kehidupan sebagai mahasiswa. Tahun 2020 adalah tahun ketiga saya di graduate school, atau tahun pertama sebegai mahasiswa PhD. Buat teman-teman yang sedang survive dengan studinya, I really appreciate your hard work. It is not easy at all. Tahun ini bener-bener kaya roller coaster. Tulisan di bawah ini bakal jadi general recap hal-hal yang saya alami selama 2020:
1. Awal tahun 2020, satu paper saya berhasil di publikasi di RSC Advances (https://pubs.rsc.org/no/content/articlehtml/2020/ra/c9ra10703g). Alhamdulillah my first baby was born. I was a solo player at that time and it was really hard to get done.
2. I started to work in Mac-Etch project. Kerjaan ini sebenarnya gabungan dengan salah satu perusahaan di Korea. Targetnya adalah membuat hole di silicon dengan kedalaman lebih dari 200 micron dan angle tilt less than 15 degrees. Separuh kerjaan dikerjakan pihak perusahaan, lalu separuhnya saya kerjakan. Tugas ini akhirnya selesai juga di pertengahan tahun. Luarannya? Patent. :)
3. Dari mulai Maret, saya satu-satunya mahasiswa PhD di lab. Lab juga sepi banget, cuma ada 3 orang. Saya, satu anak dari Indonesia yang sedang ambil master, dan satu anak Korean yang magang di lab. Nggak ada anak Korean yang ambil master/PhD di lab. Di sinilah badai mulai menyerang. Kerjaan administrasi yang ribet banget itu harus dikerjain juga padahal semuanya dalam bahasa Korea. Kenyataannya? Ya jelas saya super kewalahan dan banyak salah-salah. Di titik inilah my spv terkaget-kaget karena biasanya anak Korean graduate yang selesaikan semua administrasi. Tapi karena nggak ada jadilah my spv yang overwhelmed. Bukannya minta tolong baik-baik, tapi mulai titik inilah yang membuat banyak miskom dan a lot of emotional things between us. I started to get stress.
4. Setelah Mac-Etch project selesai, saya kembali mengerjakan project baru yang sempat tertunda di akhir tahun 2019. Target awalnya adalah mereproduksi salah satu paper yang emang menarik banget (https://www.theochem.ru.nl/files/local/ne-4-519-2019.pdf). It looks so easy to do that, but unfortunately I FAILED. Nggak ngerti faktor apa yang membuat gagal. Saya udah coba ratusan kali, tanya langsung ke authornya, bahkan my spv juga udah turun tangan langsung buat cobain eksperimennya. The truth is that paper is not reproducible. I could not reproduce it. Titik itulah yang membuat saya stress berat. Nggak adanya progress ini juga bikin spv makin sensi. Apa dikit salah bisa jadi layaknya bom yang meledak atau seolah-olah perang dunia 3 terjadi.
5. I had a mental break down. Saya kelelahan secara fisik dan mental. Selain riset yang nggak ada progress, saya masih harus ambil 3 kelas di semester spring dan 3 kelas di semester fall. Bisa di bayangkan dong tugasnya banyak juga. Huhuhuhu... Ditambah lagi saya harus jadi asisten eksperimen kimia analitik di semester spring dan applied chemistry di semester fall. Jadi asisten praktikum di sini emang susah. Selain terkendali bahasa, ada banyak hal yang harus diselesaikan. Mulai dari perancangan praktikum, persiapan alat bahan, persiapan materi, video, ppt, sampai mengajar praktikum secara langsung. I had so much works. Dengan kondisi riset yang sedang sangat down, ditambah spv yang anget-anget kayak bom siap meledak kapanpun, harus nyelesain kelas, plus ngasisten praktikum, itu super-super-super parah. Sebenernya a lot of works itu masih bisa di handle dengan time management. Tapi, kondisi spv ku yang emang serem itu bikin makin-makin stressnya dari ujung kaki ampe ubun-ubun. Dampaknya? Trauma and anxiety.
6. I already had eight sessions with my psychiatry. Dari sekitar September, saya udah mulai ngerasa butuh bantuan profesional, tapi masih ditahan-tahan. Lalu akhirnya sekitar Oktober akhir, saya mulai beneran minta bantuan profesional. Saya mulai ada sesi konseling dengan psikiater secara online karena kalau offline di sini susah buat dapetin psikiater yang bisa bahasa inggris. Jadilah setiap minggu saya ada satu kali sesi selama satu jam. Di sesi itulah saya mulai banyak mengobrol dengan psikiater saya dan mulai lebih tenang dalam menghadapi situasi. Dari sesi konseling itulah saya juga banyak belajar bagaimana mengendalikan diri, mengenal diri lebih baik, lebih banyak mengapresiasi diri, banyak bersyukur, dan mulai bangun kepercayaan diri lagi. Kalau diceritain panjang banget sih kayaknya.
7. It is time to move on. Setelah menghadapi kenyataan pahit bahwa saya gagal pada project tadi, akhirnya spv decided to drop that project. Sedih sih, tapi lega. Akhirnya bisa keluar dari lingkaran setan yang bikin pusing berbulan-bulan tanpa ada kejelasan. Saat itu sekitar Oktober kami mulai cari-cari ide lagi. Saya proposed ide sekitar 2-3 kali tapi ketolak melulu, jadi ya sudah akhirnya ngikut apa kata spv. Mulai November, saya mengerjakan ide baru dari spv. Susah? Jelas. Takut gagal lagi? Of course. Sampai detik inipun saya masih berusaha yakin bahwa saya bisa. I can do it!
8. Saya ikut conference lokal dan internasional. Ini poin yang menyenangkan. Conference lokal diselenggarakan di pulau Jeju di bulan Juli (cerita lengkapnya udah ada di postingan sebelumnya), sementara conference internasional di selenggarakan online awal Oktober. Poin penting dari conference adalah jalan-jalan, ketemu temen baru, pengalaman baru, plus ngintip topik-topik riset tetangga. Hahahaha... intinya conference itu menyenangkan.
9. Latihan jadi reviewer. Salah satu mimpi saya adalah jadi editor di jurnal internasional Q1. For me this is a big dream. Kadang suka ngebayangin kerja di perusahaan international journal publisher yang banyak foreignernya juga, bisa dateng ke banyak conference, tau trend topik riset, traveling abroad, etc. Kayaknya bakal challenging tapi menyenangkan. Nah tahun ini kebetulan my spv dapet tawaran ngereview beberapa paper, jadilah saya kecipratan juga. Ada 3 paper dari jurnal internasional yang sudah saya review. Satu dari RSC advances, satu dari JECST, satu dari ACS Nano. Rasanya seneng banget bisa ambil bagian meskipun pada kenyataanya nge review itu nggak segampang comment postingan IG. I have to spend around 3-5 days to read the paper, pahami trend tulisan di jurnal yang terkait, baca paper-paper yang lain untuk membandingkan dengan paper yang di review, nulis comment untuk author, kasih nilai ke editor, and many more. Intinya agak-agak belibet gitu.
10. Mulai menulis my second baby. Waktu senior dulu lulus, data eksperimennya belum sempat di publikasi, jadilah saya yang menulis manuscriptnya. Sebenarnya saya pribadi nggak ikutan eksperimennya dulu, tapi mau nggak mau saya harus belajar topik yang senior saya kerjakan, lalu rapikan datanya, dan mulai menulis. Agak repot sebenernya, karena balik-balik lagi semester fall itu super-super padet. My spv order buat nulis sekitar pertengahan November, dimana project baru lagi mulai, masih ada 3 kelas per minggu, plus 8 jam asisten praktikum per minggu. Rasanya bener-bener woooowww... Begadang emang udah jadi andalan buat nyelesaikan semuanya. Alhamdulillah manuscipt udah selesai dan siap di submit bulan depan. Doakan semoga lancar ya ^^
Yap, begitulah kira-kira tahun 2020 saya. Eiya, saya naik gunung 3 kali di tahun 2020, yaitu Woraksan, Gayasan, dan Geumosan. Semuanya super keren dan memorable. Naik gunung bener-bener jadi hiburan dan jeda sejenak. Selain hectic pandemi, kehidupan studi saya juga nggak kalah hectic. Udah nggak keitung berapa banyak air mata, berapa kali pengen berhenti dari studi, berapa kali pengen pindah, berapa kali feeling lost. Tapi, di sisi lain juga entah berapa kali tawa, berapa banyak cinta dan support dari orang-orang terdekat, dan berapa banyak keajaiban yang terjadi selama 2020 yang pasti harus disyukuri. Alhamdulillah. Terimakasih untuk semuanya, ayo berjuang dan melakukan lebih banyak hal baik di tahun berikutnya. Sekarang udah pukul 1.15 waktu Korea Selatan di tanggal 1 Januari 2020. Good bye 2020, welcome 2021. Bismillah :)
Bonus my painting:
Komentar
Posting Komentar