Sekitar tahun 2000 atau 2001(?)
Aku masih duduk di bangku SD entah kelas 1 atau kelas 2, tak ingat tepatnya tapi yang jelas saat itu aku masih tinggal di rumah nenekku di Balepanjang. Kala itu aku sangat bersemangat menjalani hari-hari di bulan Ramadan. Pagi setelah sahur, kami pergi ke masjid untuk salat subuh, lalu mendengarkan ceramah pagi. Siang hari sepulang sekolah tak lupa ku tidur siang. Nenek bilang supaya kuat puasanya. Sore hari saat ada abang-abang siomay lewat, kuminta uang jajan lalu ku beli beberapa gelinding siomay abang itu. Kusimpan baik-baik hingga adzan maghrib tiba. Selepas berbuka puasa, kami ke masjid untuk tarawih. Setelah tarawih, kami tak langsung pulang, tapi kami berlanjut ke acara tadarus. Untuk jamaah perempuan, kami terbagi menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok anak-anak, pemuda, dan dewasa. Kami mengaji Quran beberapa waktu. Kadang, ada satu atau dua orang yang membawakan snack ke masjid untuk di santap jamaah yang tadarus. Salah satu menu yang paling kuingat adalah kolak labu. Alhamdulillah.
Sekitar tahun 2004 atau 2005(?)
Sebenarnya ku tak banyak ingat, tapi yang jelas ku masih SD juga, tapi sudah pindah ke Pracimantoro. Hehehe...
Saat itu ku sangat aktif dan bersemangat untuk ikut TPA (Taman Pendidikan Alquran) yang ada di desaku. Saat bulan puasa, TPA selalu ada setiap hari, dari jam 4 sore hingga jam 5.30. Kegiatannya tak hanya mengaji iqro atau Alquran saja, tapi juga ada pelajaran lainnya seperti tajwid, ibadah, dan lain-lain. Selesai TPA sebelum pulang kami melafalkan doa khatmil Quran bersama-sama. Saat itu saya tak tahu benar bagaimana tulisannya, tapi karena setiap hari dilafalkan, maka lama-lama hafal juga. Pergi ke TPA setiap hari adalah hal yang sangat-sangat menyenangkan. Malam harinya setelah berbuka, kami kembali ke masjid untuk tarawih. Oh ya, kadang kalau capek, aku istirahat 2 rakaat atau 4 rakaat. Tarawih 23 rakaat saat itu amat berat bagiku. :)
Sekitar tahun 2008 atau 2009(?)
Aku sudah SMP. Kini saatnya ku yang ikut mengajar TPA di masjid yang sama. Meski pengajarnya sudah berubah dan suasanya juga berubah, tapi sepertinya semangatnya masih sama. Saat itu kalau tak salah ku mengajar adik-adik yang masih awal bisa membaca Alquran atau kalau tidak ku menjadi asisten pengajar yang lain untuk kelas yang lebih rendah (adik-adik yang umurnya masih kecil). Rasanya mengajar TPA ya senang, gampang-gampang susah. Hehehe...
Selesai TPA, kadang kami para pengajar berbuka bersama di masjid, tapi kadang juga langsung pulang ke rumah. Seperti biasa, malam hari kami kembali ke masjid untuk tarawih. Tapi bedanya, kali ini ku sudah bisa full 23 rakaat tanpa absen-absen lagi. :))
Sekitar 2010 atau 2011(?)
Aku sudah SMA dan meninggalkan kampung halaman untuk sekolah di Solo. Aku tinggal di rumah salah satu saudara yang ada di Solo demi melanjutkan sekolah di salah satu SMA favorit di Solo. Aku masih ingat, karena PP ke sekolah naik sepeda dan kontur jalananya yang naik turun, maka ramadan jadi tantangan tersendiri. Bulan ramadan saat SMA jadi awal mula ramadan tanpa masakan mama selayaknya tahun-tahun sebelumnya. Tak ada lagi TPA juga, tapi mengaji jadi kewajiban dirumah. Meski jauh dari orang tua, didikan untuk mengaji setiap hari jadi hal yang selalu saya pegang. Malam harinya, saya ikut tarawih di masjid terdekat. Bukan lagi bersama mama dan ayah, tapi bersama tante atau budhe. Oh ya lupa, kalau dulu sewaktu SD dan SMP, kami masih harus mengisi buku ramadan yang di tanda tangani imam atau khatib setelah tarawih. Tapi sewaktu SMA, sudah tak ada lagi buku ramadan.
Tahun 2012-2016 - Masa kuliah S1
Aku masih tinggal di Solo, tapi sudah tak tinggal bersama saudara lagi. Aku sudah jadi anak kosan. Hal yang sama adalah, lagi-lagi ramadan jauh dari orang tua. Tapi kali ini rasanya juga menyenangkan. Aku punya teman-teman kos yang super duper keren dan suportif. Saat ramadan, jika salah satu dari kami sudah bagun untuk sahur, maka yang bangun duluan wajib membangunkan penghuni kosan lainnya. Setelah bangun, kami beli makan di warung tepat di depan kosan. Sambil nonton TV di ruang tengah, kami sahur bersama. Setelahnya, kami pergi ke masjid bersama untuk salat subuh, atau jika tidak, kami berjamaah besama di ruang tengah. Bagi kami, ruang tengah kosan memang punya banyak memori, mulai dari berbuka bersama, sahur bersama, salat berjamaah, ataupun mengerjakan tugas bersama. Rasa rindu akan ramadan di rumah bersama keluarga rasanya sangat terobati dengan keberadaan teman-teman kos yang asik.
Tahun 2017
Aku baru saja lulus S1, baru saja wisuda. Sambil mencari kerja, akhirnya ku ikut camping ramadan di pondok pesantren Al Munawwir, Krapyak, Jogja. Adikku yang paling besar memang bersekolah di komplek ponpes yang sama, jadilah mama saya sangat mendukung saya untuk ikut camping ramadan. Selama bulan ramadan, saya tinggal di ponpes tersebut dan ikut banyak kelas-kelas kitab. Cerita lengkapnya bisa dilihat disini:
https://sepatukalea.blogspot.com/2017/07/dadakan-jadi-santri.html
Pokoknya pengalaman nyanti selama ramadan jadi pengalaman ter-aduhai deh.
Tahun 2018-2019
Aku lanjut kuliah pascasarjana di Korea. Ramadan jauh dari keluarga sudah bukan hal yang aneh lagi, karena memang sudah terbiasa dari jaman SMA. Tapi yang menarik adalah, puasa di Korea memang berbeda rasanya, tak seperti di Indonesia. Maklum, di Korea mayoritas orang tidak berpuasa, jadilah suasananya sangat-sangat berbeda. Cerita lebih jelasnya di sini:
https://sepatukalea.blogspot.com/2018/09/puasa-di-korea.html dan juga di sini
https://sepatukalea.blogspot.com/2019/06/sebulan-ramadhan-1440-h.html
Meski tak mudah, alhamdulillah semua berjalan lancar. ^^
Lantas, bagaimana dengan ramadan 2020?
Yap, aku masih menuntut ilmu di Korea. Saat menulis ini, aku baru saja buka puasa dan salat maghrib. Nasi ayam yang kumasak kemarin jadi menu buka puasaku. Alhamdulillah ada juga kurma dari Qatar embassy yang dibagikan beberapa hari lalu. Aku sangat merindukan masa-masa ramadanku saat aku kecil. Aku rindu suara adzan, aku rindu TPA, aku kangen tadarus bersama, aku kangen sahur dan buka puasa bersama. Aku rindu, aku kangen. :'))
Tahun 2017
Aku baru saja lulus S1, baru saja wisuda. Sambil mencari kerja, akhirnya ku ikut camping ramadan di pondok pesantren Al Munawwir, Krapyak, Jogja. Adikku yang paling besar memang bersekolah di komplek ponpes yang sama, jadilah mama saya sangat mendukung saya untuk ikut camping ramadan. Selama bulan ramadan, saya tinggal di ponpes tersebut dan ikut banyak kelas-kelas kitab. Cerita lengkapnya bisa dilihat disini:
https://sepatukalea.blogspot.com/2017/07/dadakan-jadi-santri.html
Pokoknya pengalaman nyanti selama ramadan jadi pengalaman ter-aduhai deh.
Tahun 2018-2019
Aku lanjut kuliah pascasarjana di Korea. Ramadan jauh dari keluarga sudah bukan hal yang aneh lagi, karena memang sudah terbiasa dari jaman SMA. Tapi yang menarik adalah, puasa di Korea memang berbeda rasanya, tak seperti di Indonesia. Maklum, di Korea mayoritas orang tidak berpuasa, jadilah suasananya sangat-sangat berbeda. Cerita lebih jelasnya di sini:
https://sepatukalea.blogspot.com/2018/09/puasa-di-korea.html dan juga di sini
https://sepatukalea.blogspot.com/2019/06/sebulan-ramadhan-1440-h.html
Meski tak mudah, alhamdulillah semua berjalan lancar. ^^
Lantas, bagaimana dengan ramadan 2020?
Yap, aku masih menuntut ilmu di Korea. Saat menulis ini, aku baru saja buka puasa dan salat maghrib. Nasi ayam yang kumasak kemarin jadi menu buka puasaku. Alhamdulillah ada juga kurma dari Qatar embassy yang dibagikan beberapa hari lalu. Aku sangat merindukan masa-masa ramadanku saat aku kecil. Aku rindu suara adzan, aku rindu TPA, aku kangen tadarus bersama, aku kangen sahur dan buka puasa bersama. Aku rindu, aku kangen. :'))
Komentar
Posting Komentar