Hai semuanya, semoga sehat selalu ya ditengah pandemi COVID-19 ini. :)
Kali ini saya bakal cerita soal buku yang baru aja selesai saya baca, judulnya I want to die but I want to eat tteokpokki karya Baek Se Hee. Dari judulnya sih ini super duper menarik . Pengen mati, tapi kok malah pengen makan tteokpokki? Apa hubungannya coba ? Hm ... (tteokpokki = kue beras dengan saus pedas manis, jajan pasar asli Korea).
Beberapa minggu lalu, saya dan kak Alif lagi ngobrolin buku-buku bacaan favorit. Entah gimana akhirnya, kak Alif nyebutin itu buku. Nah, judulnya udah bikin penasaran banget, terus ya udah besok paginya langsung cari review buku itu dan sepertinya emang worth buat dibaca. Tanpa pikir panjang, akhirnya saya nitip buku ke salah satu junior yang mau ke Korea. Jadi buku tersebut berasal dari Korea, lalu diterjemah ke bahasa Indonesia, di jual di Indonesia, tapi endingnya dibawa dan dibaca di Korea. Wkwkwkwk ...
Bagi saya pribadi, ada banyak hal yang saya petik dari buku ini. Buku ini membantu saya lebih memahami apa dan bagaimana seseorang bisa mengalami depresi yang berkepanjangan. Mungkin bagi orang-orang yang 'normal' bisa jadi menganggap masalah yang dihadapi penulis adalah hal yang remeh. Atau mungkin menganggapnya "ah, berlebihan sekali, mengapa diambil pusing?" Tapi sebenarnya, kembali lagi bahwa masing-masing individu punya background masing-masing yang akhirnya membentuk karakter atau kepribadiaannya. Kekuatan batin satu orang dengan orang lain pun tak bisa disama ratakan.
Oke, supaya lebih jelas, saya tulis beberapa poin pembelajaran yang bisa saya petik dari buku ini:
1. Penerimaan terhadap diri sendiri adalah poin penting untuk bisa mencintai diri sendiri dengan nyaman. Dengan mencintai diri sendiri, maka rasa kepercayaan diri itu akan tumbuh. Dalam bukunya, penulis mengungkapkan salah satu harapannya adalah ia ingin mencintai dirinya sendiri dengan nyaman. Selama ini ia sering membenci dirinya dengan segala kekurangan yang ia miliki. Ia sering menyalahkan dirinya sendiri yang berakibat pada rasa kepercayaan dirinya yang rendah. Saya jadi ingat di buku sebelumnya yang saya baca yaitu Amor fati, dalam buku tersebut penulis meng-mengajak pembaca untuk berusaha menerima takdirnya, yang berarti ada unsur penerimaan terhadap diri sendiri. Poin itu sangatlah penting sehingga sebagai manusia, ketika sudah bisa menerima dirinya sendiri secara utuh, maka bisa tumbuh kekuatan untuk bangkit, tumbuh rasa cinta, dan percaya diri dengan apa yang dimilikinya.
2. Tidak boleh men-judge anak dan menunjukkan kelemahannya didepan banyak orang. Dalam bukunya Baek Se Hee sempat menyebutkan bahwa sedari kecil orang tuanya sering men-judge kurang baik, misalnya "dia tidak percaya diri, dia punya atopi". Siapa tahu, ternyata kalimat atau "cap" itu telah membekas bak tato yang sangat sulit dihapus dalam diri Baek Se Hee. Ini jadi pembelajaran penting bagi kita sebagai "calon orang tua" atau yang sekarang sudah jadi orang tua, ada baiknya kita lebih berhati-hati dalam berkata kepada anak. Terus encourage anak dengan kalimat-kalimat yang baik sehingga membangkitkan dirinya menjadi pribadi yang baik pula.
3. Di dunia ini tidak hanya ada hitam dan putih, tapi ada abu-abu dan warna yang lainnya. Ketika kita dihadapkan pada suatu problem, atau suatu fenomena, maka kadang biasanya kita bisa berfikir antara A dan B atau hitam dan putih. Padahal, jika kita bisa lebih tenang, maka kita bisa mencoba melihat dari perspektif yang lebih luas. Kita juga bisa melihat banyak kemungkinan dari pada hanya A dan B. Ketika akhirnya kita bisa melihat lebih banyak sisi, lebih banyak warna, maka setidaknya kita tidak akan merasa terlalu terbebani. Ini juga ada kaitannya dengan cara kita menilai seseorang. Sering kali kita menilai seseorang hanya dari satu-dua poin saja. Tapi sebenarnya ada baiknya jika kita melihat dari broader range dan menilainya dari banyak segi juga.
4. Ada kalanya kita tak mengucapkan semangat. Coba ingat lagi, apa yang teman-teman katakan kepada orang lain yang sedang curhat tentang masalahnya kepada teman-teman? Apakah kalian mengatakan 'semangat?' Mulai sekarang ada baiknya mencoba memberikan semangat dengan cara yang lain. Kadang kata 'semangat' itu sudah cukup membosankan dan terasa 'lame.' Baek Se Hee memberikan contoh lain dari pada hanya memberikan kata 'semangat' yang baginya sudah sangat memuakkan. Misalnya, dudukah bersamanya, coba benar-benar dengarkan orang itu, menepuk bahunya, sambil memahami dan berpikir kemungkinan solusi dari masalah yang dihadapi. Contoh lain adalah dengan menceritakan pengalaman serupa yang pernah dihadapi dan menunjukkan bahwa masalah itu bisa teratasi dan berlalu.
5. Mulai bergerak . Move on. Pernah nggak sih, ngerasa down parah ? Kesel banget atau marah? Nah, Baek Se Hee berpesan bahwa kita perlu move on untuk bisa berubah menjadi lebih baik. Sedikit-demi sedikit tidak apa-apa, yang penting mulailah bergerak. Jika ego memuncak, merasa kesal, dan sedih, ada baiknya mulai alihkan pandangan. Ketika bisa mulai mengalihkan pandangan, maka fokus kita pada hal-hal yang negatif itu juga akan berkurang. Pikiran kita juga bisa lebih tercerahkan dan kita pun mulai bisa melihat dari sudut-sudut yang lain. Dengan memindahkan pandangan, maka cara kita bergerak atau bertindak pun akan berbeda. Ini pula yang dipernah dikatakan mama saya ketika saya sangat down. "Sudah, jangan terlalu fokus ke masalah itu, nanti malah makin terpuruk." Dan benar, ketika saya mencoba mengalihkan padangan dan mulai move on, ternyata malasah yang dihadapi bisa perlahan terselesaikan. Badai bisa berlalu . :)
Yap, itulah beberapa hal yang bisa saya petik dari buku I want to die but I want to eat tteokpokki . Bagi saya, buku ini benar berharga untuk dibaca. Terimakasih Baek Se Hee, sudah mau berbagi dengan banyak orang. Sungguh pembelajaran yang luar biasa. Saya harap Baek Se Hee selalu sehat dimanapun saat ini. :)
Komentar
Posting Komentar