Hi pembaca curhatan kalea!
Kalea kadang kepikiran, apa iya aku berubah? Kalo iya, apa aja sih yang berubah? Oke kali ini aku mau share sedikit. Kalo para vlogger pada cerita dalam bentuk video terus diupload, nah saya nulis aja yah. Nggak tau kenapa lebih nyaman nulis dari pada ngomong.
Pertama kali dateng ke Korea itu di penghujung Februari, atau itung aja mulai Maret. Berarti ini udah ada tujuh bulan hampir setahun. Nah, selama beberapa bulan itu aku ngerasa mulai ada beberapa perubahan. Oke dibahas satu-satu.
Pertama, di sini ngerasa lebih bugar. Alasan pertama, disini makannya lebih teratur, tiga kali sehari. Sarapan, makan siang, dan makan malam selalu teratur. Cuman, hal yang nggak baik tetep ada sih. Misalnya, makan indomie lebih sering dari pada di Indo. Dulu makan indomie itu paling seminggu sekali. Ya intinya sebulan bisa dihitung lah. Lah pas disini barulah kerasa kalo indomie itu enak banget. Jadilah indomie bisa seminggu dua kali, tergantung kondisi. Oh ya, satu lagi. Disini lebih sering ngopi. Sehari se-cup atau maksimal dua cup. Hehehe...
Alasan kedua, disini jadi lebih sering olahraga. Nggak ada lagi naik motor kemana-mana. Yang ada naik bus umum atau taksi lalu selebihnya jalan kaki. Itu udah keitung olahraga kan? Hehehe... Dormitory kampus juga dilengkapi fasilitas gym, jadi kadang olahraga di gym.
Alasan ketiga, udara di sini sedikit lebih segar. Area kampus dikelilingi oleh bukit-bukit yang di penuhi pohon-pohon mirip hutan. Jadi udara di sini lebih nyaman. Di kota Gumi sendiri juga jarang terjadi kemacetan, jadi polusi tidak separah di Indo.
Kedua, di sini jadi lebih sering ngomong pakai bahasa inggris. Ya itu udah pasti sih, karena teman-teman lab semua orang Korea. Banyak juga teman-teman di kampus yang berasal dari beberapa negara seperti Vietnam, Malaysia, Bangladesh, Mongolia, dsb. Disamping bahasa inggris untuk percakapan sehari-hari dengan teman, bahasa inggris juga sering digunakan di kelas. Meski pembelajaran kadang menggunakan bahasa korea, tetapi saat presentasi ataupun berbicara kepada prof harus pakai bahasa inggris. Makin lama makin nyaman pakai bahasa inggris. Tapi sebenernya dikeseharian juga sering pakai bahasa Indonesia, karena di sekolah ini ada beberapa mahasiswa Indonesianya. Hehehe...
Ketiga, mau nggak mau harus belajar bahasa Korea. Nah ini sebenernya PR banget. Mayoritas orang di sini tak bisa berbahasa inggris, kecuali anak-anak mudanya. Ya hampir sama sih seperti di Indo. Jadi harus bisa bahasa korea sedikit-sedikit. Misal untuk hal-hal yang sederhana seperti saat membeli sesuatu, mengucapkan terimakasih, menyapa orang lain, dsb. Meski sedikit dan sederhana, tapi skill bahasa korea akan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Bisa membaca tulisan korea itu jadi hal yang pokok dan akan sangat berguna. Misalnya untuk cek ingredient di makanan kemasan.
Keempat, jadi lebih berani, mandiri dan hati-hati. Jauh dari orang tua mengajarkan kita untuk lebih berani, mandiri, dan tentu hati-hati. Apa-apa tidak harus ditemani orang tua, diuruskan orang tua. Saat disini sedikit demi sedikit mulai mengurangi rasa malu (dalam hal positif lho ya), tapi semakin menumbuhkan rasa percaya diri dan berani. Kemandirian juga semakin dilatih, sebab mulai bangun tidur sampai tidur lagi, semuanya diri sendiri yang atur. Masalah makan, keuangan, atur kebutuhan sekolah, kapan harus mengerjakan kerjaan kampus, kapan harus mengurus pakaian, bersih-bersih ruangan, dan lain-lain semua diatur sendiri. Percaya atau tidak, baru setelah sekolah disini saya bisa masak. Sebelumnya skill masak saya nol besar. Karena terpepet, jadi mulai bisa memasak sekarang. Mandiri disini bukan berarti saya juga nggak butuh bantuan orang lain. Ya terkadang saya juga membutuhkan bantuan teman-teman disini, tapi saya juga harus lebih tau diri dan lebih bijak, apakah saya benar-benar membutuhkannya atau tidak. Eits, bukannya dulu pas di Indo juga udah tinggal jauh dari orang tua? Iya sih memang, tapi disini perjuangannya juga lebih. Kendala yang dihadapi lebih banyak karena background orang-orang sekitar jauh-jauh berbeda. Paling sederhananya deh, bahasanya aja udah beda. Hehehe...Nah itu sebabnya pula disini juga harus lebih hati-hati. Selalu jaga diri baik-baik. Ingat selalu orang tua di rumah dan juga di sini membawa nama baik negara.
Kelima, lebih kerasa godaan imannya. Mayoritas orang disini tak beragama. Jadi, kalau pun ada acara, kuliah, atau apapun mereka tak mempertimbangkan faktor agama. Bagi saya rohani ini perlu dijaga. Hubungan dengan sang pencipta janganlah sampai terlupa. Sholat lima waktu harus terus dijaga meski disini tak pernah ada kumandang adzan. Untuk beberapa kasus terkadang memang harus dijamak solatnya, misal sedang perjalanan atau kalau kepepet banget nih ada kuliah yang nabrak waktu maghrib isya (Tapi so far saya belum pernah merasakannya sih). Baca al quran juga harus dijaga rutinitasnya. Percaya atau tidak, baca al quran bisa membantu menenangkan psikis. Ibadah puasa harus tetap dijalankan meski teman-teman makan, atau ada acara lab lunch. Perkara halal haramnya makanan juga jadi perhatian khusus. Kita harus tegas sama diri sendiri. Berani bilang ke orang lain kalau kita tidak bisa makan ini itu. Intinya disini lebih kerasa godaan imannya. Akan selalu ada celah untuk meninggalkan perintah-Nya, tapi kembali lagi ingat bahwa hidup kita bukan apa-apa tanpa-Nya.
Kayaknya itu sih. Perubahan-perubahan diatas juga sepertinya dirasakan oleh teman-teman Indo yang ada disini. Itu semua jadi bagian perjalanan hidup yang kelak aku yakin akan sangat berguna. Kalau teman-teman ada tambahan, boleh tuh di share. :)
Kalea kadang kepikiran, apa iya aku berubah? Kalo iya, apa aja sih yang berubah? Oke kali ini aku mau share sedikit. Kalo para vlogger pada cerita dalam bentuk video terus diupload, nah saya nulis aja yah. Nggak tau kenapa lebih nyaman nulis dari pada ngomong.
Pertama kali dateng ke Korea itu di penghujung Februari, atau itung aja mulai Maret. Berarti ini udah ada tujuh bulan hampir setahun. Nah, selama beberapa bulan itu aku ngerasa mulai ada beberapa perubahan. Oke dibahas satu-satu.
Hasil masak ala kadarnya :D |
Alasan kedua, disini jadi lebih sering olahraga. Nggak ada lagi naik motor kemana-mana. Yang ada naik bus umum atau taksi lalu selebihnya jalan kaki. Itu udah keitung olahraga kan? Hehehe... Dormitory kampus juga dilengkapi fasilitas gym, jadi kadang olahraga di gym.
Alasan ketiga, udara di sini sedikit lebih segar. Area kampus dikelilingi oleh bukit-bukit yang di penuhi pohon-pohon mirip hutan. Jadi udara di sini lebih nyaman. Di kota Gumi sendiri juga jarang terjadi kemacetan, jadi polusi tidak separah di Indo.
Sewaktu jadi asisten praktikum analytical chemistry |
Ketiga, mau nggak mau harus belajar bahasa Korea. Nah ini sebenernya PR banget. Mayoritas orang di sini tak bisa berbahasa inggris, kecuali anak-anak mudanya. Ya hampir sama sih seperti di Indo. Jadi harus bisa bahasa korea sedikit-sedikit. Misal untuk hal-hal yang sederhana seperti saat membeli sesuatu, mengucapkan terimakasih, menyapa orang lain, dsb. Meski sedikit dan sederhana, tapi skill bahasa korea akan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Bisa membaca tulisan korea itu jadi hal yang pokok dan akan sangat berguna. Misalnya untuk cek ingredient di makanan kemasan.
Idul fitri bersama teman-teman Indonesia |
Kelima, lebih kerasa godaan imannya. Mayoritas orang disini tak beragama. Jadi, kalau pun ada acara, kuliah, atau apapun mereka tak mempertimbangkan faktor agama. Bagi saya rohani ini perlu dijaga. Hubungan dengan sang pencipta janganlah sampai terlupa. Sholat lima waktu harus terus dijaga meski disini tak pernah ada kumandang adzan. Untuk beberapa kasus terkadang memang harus dijamak solatnya, misal sedang perjalanan atau kalau kepepet banget nih ada kuliah yang nabrak waktu maghrib isya (Tapi so far saya belum pernah merasakannya sih). Baca al quran juga harus dijaga rutinitasnya. Percaya atau tidak, baca al quran bisa membantu menenangkan psikis. Ibadah puasa harus tetap dijalankan meski teman-teman makan, atau ada acara lab lunch. Perkara halal haramnya makanan juga jadi perhatian khusus. Kita harus tegas sama diri sendiri. Berani bilang ke orang lain kalau kita tidak bisa makan ini itu. Intinya disini lebih kerasa godaan imannya. Akan selalu ada celah untuk meninggalkan perintah-Nya, tapi kembali lagi ingat bahwa hidup kita bukan apa-apa tanpa-Nya.
Kayaknya itu sih. Perubahan-perubahan diatas juga sepertinya dirasakan oleh teman-teman Indo yang ada disini. Itu semua jadi bagian perjalanan hidup yang kelak aku yakin akan sangat berguna. Kalau teman-teman ada tambahan, boleh tuh di share. :)
Komentar
Posting Komentar