Halo...udah lama nih nggak post di blog. Dalam waktu tiga minggu kebelakang, kerjaan di kantor lumayan menguras waktu dan tenaga, jadi fokus dulu ke kerjaan.
Hari minggu gini kadang bingung juga mau ngapain. Tapi, bagusnya adalah aku bisa jadi ada waktu untuk merenung, berkarya, ataupun hanya sekedar menghibur diri dengan membaca buku atau nonton film. Mau keluar pergi liburan, tapi kondisi COVID di Bali malah naik drastis sejak minggu lalu. Ditambah lagi, aku harus berhemat mengingat pindah ke Bali kemarin cukup menguras kantong dan aku harus mulai menata masa depan.
Nah, ngomongin masa depan, pernah nggak sih kalian ini bingung mau ngapain atau mau jadi apa? Apakah kalian punya target di umur XX kalian bakal jadi YY atau punya ZZ?
Eits, kalo kalian masih bingung mau ngapain, jadi apa, atau punya target apa, kalian ternyata ada di kapal yang sama dengan saya. Hahahahahahha... Aduh, ini boleh ketawa nggak sih?
Jadi gini, saat ini saya merasa sedang berada di persimpangan. Saya masih bingung dengan jalur apa yang saya akan ambil. Apakah sekolah lagi, lalu jadi akademisi atau tetap berkarir di industri? Keduanya sama-sama menantang dan sama-sama memiliki potensi untuk saya berkembang di dalamnya. Tapi kenapa saja masih bingung juga?
Kalau di flash back, saya pernah bermimpi besar untuk berkarir menjadi seorang akademisi. Akan tetapi ditengah jalan, ada rintangan yang begitu besar. Usia 23 tahun saya ambil program integrated master-PhD dengan jurusan yang 180 derajat berbeda dengan jurusan S1 saya. Saat itu saya sangat menikmati proses-proses pembelajaran dan riset yang ada di kampus, tetapi sayang sekali, supervisor saya sangat toxic dan I could not handle it anymore. He was too much abusive both mentally and physically. Dia pernah memdobralk meja, berteriak, dan melempar saya dengan paper cup saat marah besar.
Singkat cerita saya trauma dan lelah secara psikis. Saya memilih berhenti dari program tersebut dan lulus dengan gelar master. Kepercayaan diri saya runtuh dan mimpi-mimpi besar saya sudah kacau. Rasa sakit itu masih ada hingga sekarang, setelah lebih dari lima bulan. Terkadang saya masih teringat kejadian-kejadian buruk yang dilakukan oleh supervisor saya dan itu sangat menyakitkan. Ada rasa sesak dan sakit yang ingin saya lepaskan.
Hidup terus bergulir dan saya harus terus bergerak. Saya bekerja di salah satu perusahaan di Bali untuk kontrak selama setahun. So far, kerja di Bali lumayan menyenangkan. Saya bisa pergi menikmati pantai setiap akhir pekan dan memiliki waktu istirahat yang cukup setelah bekerja. Tempat ini seperti sekolah bagi saya untuk bersikap profesional di tempat kerja. Jobdesk yang ada juga berkaitan dengan apa yang pernah saya pelajari di graduate school. Terlebih lagi, ada peluang jenjang karir yang cukup bagus dibidang ini.
Tapi, jauh di dalam hati saya, ternyata mimpi lama saya untuk berkarir di dunia akademik juga masih ada. Meskipun sangat redup, tapi saya akui mimpi itu masih menyala. Itulah kenapa saya jadi bingung, mau kemana dan jadi apa kedepannya. Haruskah saya teruskan di bidang industri atau balik lagi ke akademik? Atau mungkin saya perlu waktu lebih lama untuk memikirkannya? Jangan-jangan keinginan untuk balik ke akademik itu hanyalah ilusi semata karena teman-teman di circle saya banyak yang memilih jalur akademik. Saya tidak ingin membuat keputusan secara gegabah.
Hmmmm....huffftttt...
Okay, panjang juga ya ternyata kalau ditulis begini. Kalau ada yang membaca tulisan ini, terima kasih. Mungkin kalian juga sedang berada diposisi yang sama. Hehehe... Bisa jadi ada pembaca disini yang pernah mengalami hal serupa dan sudah berani mengambil keputusan? Jika ada tolong share di kolom komentar ya, supaya bisa menjadi insight untuk pembaca lainnya.
Terima kasih dan selamat berakhir pekan!
Komentar
Posting Komentar