Langsung ke konten utama

Kenapa naik gunung? (Woraksan Hiking)

Hai pembaca sekalian...sudah lama rasanya blog tidak ada update. Within the past three weeks, I was crazy busy. Lab research, paper job, teaching assistance, class, assignment, presentation, etc. Hahahaha...actually those are normal things though, but perhaps I just suppose to be stronger. 

Oke intronya jangan panjang-panjang lah ya. Jadi minggu kemarin meski sibuk, jadwal naik gunung Woraksan tidak bisa dikalahkan. Enak aja, nggak mau dong membatalkan rencana yang sudah disusun lama-lama cuma gegara deadline mendadak dari professor diakhir pekan. Big no. Jadilah gimana caranya sampai jumat kerjaan dicicil sebanyak mungkin, lalu sisanya wajib selesai hari minggu maksimal pukul 00.00. Deal!

Sabtu jam empat pagi, setelah solat subuh saya berangkat ke KAIST yang posisinya di daerah Daejeon. Butuh hampir dua jam buat sampai KAIST. Kami janji jam 7 pagi sudah standby di area taman KAIST. Benar saja, teman-teman rupanya sangat on-time. Pukul 7.20 kami naik bus bersama ke titik awal pendakian di daerah Chungju.

Hampir sampai di kota Chungju, tetiba tetangga lab ngechat katanya ada problem di gas cabinet. Saya otomatis panik dan minta tolong 'fixing' gas cabinet itu. Karena fokus melihat hp dengan kondisi jalan yang meliuk-liuk, jadilah saya pusing. Sesampainya ditujuan, saya berusaha calm down dan pusing hilang. Nah tapi, ketika jalan nanjak beberapa ratus meter, tetiba mual yang sangat hebat muncul. Keringat dingin mulai bercucuran dan sempat mau oleng. Akhirnya tim harus berhenti karena saya yang hampir ambruk. Setelah minum obat, makan roti, minum madu, dan macem-macem, akhirnya bisa jalan lagi. Sempat terfikir untuk menyerah, tapi teman-teman tetap beri semangat dan super duper support. Akhirnya, tim dibagi 2. Satu tim berangkat terlebih dahulu dengan pace yang lebih cepat, dan tim kedua dengan pace yang lebih lambat tentunya. 

Ini bukan kali pertama naik gunung, tapi ini awal yang buruk rasanya. Mungkin karena malamnya kurang tidur, kelelahan selama hampir dua minggu, dan tentu kurangnya olahraga. Badan terasa kaget dengan aktivitas berat yang mendadak. Bagi saya pendakian ini terasa sangat berat. Medan yang terus menerus menanjak, berbatu, dan entah berapa ratus anak tangga yang harus di lewati, menjadi rintangan yang tak mudah. Pelan tapi pasti, kami tim dua akhirnya bisa melewatinya. Entah sudah berapa kali berhenti, tapi semangat kami tidak luntur. Kami sangat support satu sama lain. Jika ada satu yang kelelahan, kami berhenti sejenak, lalu jalan lagi. 

Kalau ditanya alasannya ngapain sih capek-capek naik gunung, saya punya beberapa alasan. 
Pertama, pemandangannya yang luar biasa bagus. Coba pas kalian naik ketempat yang tinggi, pasti kalian bisa melihat sesuatu yang lebih luas kan? Nah, melihat pemandangan yang luas, indah, dan wow itu menghadirkan perasaan bahagia yang seperti biasanya. Ada rasa syukur atas karunia Tuhan sekaligus kesadaran bahwa sebenarnya kita ini sangat kecil. Kita hanya setitik dari apa yang ada di dunia ini. Pengalaman seperti ini rasanya menjadi pengalaman spiritual juga. 

Kedua, menguji seperti apa karakter kita. Disaat naik gunung, kadang karakter terpendam seseorang bisa tampak. Entah ini ada teorinya atau tidak, tapi sepertinya begitu. Ini semacam ujian bagaimana kamu akan bersikap terhadap orang lain, juga kepada alam. Ketika naik gunung, tubuh menjadi lelah dan lapar. Saat itu orang menjadi sedikit lebih sensitif, maka kesabaranmu juga akan diuji. Jalan menuju puncak tidak mudah, maka kegigihanmu juga diuji. 

Ketiga, tambah teman. Ini dengan catatan kamu belum kenal dengan tim mendakimu, seperti pada pendakian ke Woraksan kali ini. Tim kami terdiri dari banyak negara, ada dari Indonesia, Rusia, UK, Kazakstan, Rusia, dan juga Pakistan. Kami semua mahasiswa internasional yang sedang menempuh studi di Korea. Beberapa dari kami belajar di Kumoh National Institue of Technology, KAIST, Yeungnam University dan Solbridge
International School of Bussiness. Seru juga ternyata meski kami baru ketemu sekali. Kami bisa langsung kompak. Hehehe...

Keempat, sarana refreshing. Setelah lama terkungkung di area kampus, akhirnya bisa keluar sebentar. Yang biasanya cuma liatin layar komputer atau eksperimen di lab, boleh lah sesekali melepas penat. Ya sebenarnya ada banyak cara refreshing, tapi naik gunung itu entah kenapa ya bikin happy. Enak gitu rasanya liat yang hijau-hijau, atau biru-biru, dengan udara yang bersih dan nyaman. Jadi lebih sehat juga dong tentunya ^^

Terakhir, jadi punya foto yang keren. Hahahaha... Foto dengan background alam yang hijau sungguh luar biasa rasanya. Ya meskipun pada kenyataanya muka rada lusuh karena kelelahan, tapi tetep aja foto di puncak itu rasanya keren. ^^

Nah, akhirnya setelah perjalanan 8-9 jam kami semua berhasil sampai puncak dan turun lagi di titik awal pendakian. Kaki rasanya sudah pegel-pegel dan linu-linu. Haus, lelah, ngantuk, lapar, semua jadi satu, tapi senyum bahagia tetap terpancar dari wajah-wajah tim pendaki. Sekitar pukul tujuh sore, kami kembali ke Daejeon. 

Pengalaman mendaki Woraksan kali ini sungguh-sungguh istimewa. Alhamdulillah. So, whats next? Mau naik gunung bareng?

*PS. Alhamdulillah tugas dari Prof selesai juga, meski baru di submit sekitar pukul 11 malam di hari Minggu. Hahaha...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Europe trip 2023

Hi! Udah lama banget engga nulis di blog. Entah sebenernya ini blog ada yang baca atau engga, tapi biarlah jadi memori suatu hari nanti mungkin bisa jadi semacem buku digital. Keputusan buat europe trip tahun ini memang sebenarnya sedikit mendadak. Tetiba temen sekantor menginspirasi buat solo trip sebelum visa pertama habis. Jadilah liat-liat negara mana aja yang mungkin bisa didatangi sesuai budget dan akhirnya pilih Austria, Slovakia, Hungaria, Ceko, dan Polandia. Rentang waktunya adalah sepuluh hari, pas banget dimulainya dari mid-summer sampai sebelum summer course dimulai. Buat rutenya, aku dibantu planning sama pak Ali, tetangga rumah yang udah keliling banyak negara di Eropa.  Selama trip sepuluh hari, aku cuma nyiapin beberapa baju yang nantinya bisa dilaundry dengan cepat, jadinya cuma satu backpack. Tapi, backpack yang aku beli ini menurutku lumayan unik karena selain muat banyak, dalemnya mirip kayak koper, dan super light. Buat temen-temen yang mau backpack mungkin bis...

Merawat luka 💔

Hai semua! Pernah ga sih kalian merasa sad, heartbreak, disappointed, atau perasaan yang senada? If yes, kamu nggak sendirian. Seriously! Sebagai manusia normal yang punya perasaan, tentu pernah dong. Apalagi buat teman-teman yang punya hati sangat lembut atau perasa, maka perasaan-perasaan itu terasa lebih vivid. It is okay not to be okay, you can be sad, heartbreak, and disappointed. Nah tapi yang perlu digaris bawahi di sini adalah, how to navigate those feelings? Gimana cara merawat hati yang terluka? Kali ini aku akan berbagi sedikit tentang bagaimana aku berdamai dengan luka tersebut dan bagaimana aku berjuang untuk sembuh. Yang namanya luka, sakit, ya berarti butuh obat. It might take some times, but that's fine. Kita bisa ambil baby steps, dikit-dikit aja asal progress. Semua demi kesehatan jiwa dan raga. Bukan begitu? Beberapa poin ini bisa teman-teman coba, bagitu juga ini jadi reminder buat aku pribadi. Simak ya: 1. Take a break to breath Yes! Bernapas. Kalau lagi kena a...

Assalamualaikum Lappeenranta!

Halo-halo... Setelah beberapa bulan off dari blog akhirnya balik lagi. Dalam beberapa bulan terakhir emang lagi sibuk-sibuknya urus ini itu dan segala perintilan persiapan studi lanjut di Finlandia. Kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya dari Indonesia ke kota Lappeenranta di Finlandia tempat saya akan belajar dalam beberapa tahun ke depan. Setelah resign dari kantor di Bali, akhirnya saya pulang ke rumah orang tua. Sekitar tiga minggu akhirnya waktu itu saya gunakan untuk berkunjung ke beberapa lokasi sekitar Wonogiri, termasuk Solo, Sragen, dan tentu saja Jogja. Tidak hanya sekedar plesir, tapi saya benar-benar berusaha menggunakan waktu yang saya miliki untuk bersama dengan keluarga dan teman-teman terdekat. Ditambah lagi senang sekali bisa bersilaturahmi ke kampus tercinta. Setiap sebelum pergi studi lanjut, saya selalu re-charge kembali ke kampus saat S1 demi mendengarkan wejangan ataupun cerita-cerita seru dari dosen-dosen di Pendidikan Fisika.  Waktu yang dinanti ti...