Langsung ke konten utama

Trio Srikandi Super


Mereka yang terlebih dahulu dekat dengan anak-anak. Tiga orang srikandi dari dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Mbak Mawinda, Mbak Zuriyah, dan Mbak Helen. Setiba di dusun Lengkong, keberadaan mereka tak terdeteksi lagi hingga panitia sedikit kebingungan mencari mereka.
Kebebasan ada pada jiwa mereka. Bukan orang yang terbiasa hidup penuh aturan, runtut, dan kaku. Mereka justru bisa lebih mengeksplor dusun Lengkong. Ternyata mereka terlebih dahulu mendekatkan diri pada adik-adik di SD dan di MI. Sederhana sebenarnya, tapi itu cukup membuat adik-adik di sana begitu terkesan dan sangat terbuka dengan mereka.
Mbak Mawinda, mahasiswa semester akhir jurusan perfilman ini berhasil membuat satu karya yang luar biasa dari pengalaman realita II tahun lalu. Ia membuat satu video pendek tentang cita-cita seorang anak Makassar yang ingin menjadi pelukis, tapi ia sendiri tak tahu pensil warna itu seperti apa. Berkat video tersebut, Mbak Mawinda berhasil mendapatkan banyak crayon, kertas gambar, alat tulis, dan piala dari sponsor dan teman-teman yang ingin peduli dengan anak-anak. Bukan baju yang banyak memenuhi tasnya, tetapi benda-benda itulah yang membuat barang bawaannya begitu berat dan banyak.
Satu hal yang paling saya ingat, kalau karya itu tak akan pernah mati meski kita sudah mati. Itu hanya sebagian kecil yang terinspirasi dari Mbak Mawinda. Darinya pula saya belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan masyarakat yang berkultur berbeda, kebiasaan mereka, dan toleransi yang amat tinggi. Memahami orang lain itu ternyata lebih sukar dan kalau tak bisa melakukan itu, justru kita sendiri yang akan kesusahan.
Mbak Zuriyah, perempuan dengan tangan terampil. Maklum, belum lama ini ia lulus dari jurusan kriya seni. Ini kali kedua ia mengikuti pengmas ILP2MI. Tapi dibalik itu, pengalaman tentang pengabdian masyarakat, kami kalah jauh. Ia sudah melalang buana sampai ke daerah pelosok, sehingga otomatis ia sudah mengerti bagaimana cara mengakrabkan diri dengan masyarakat, menyatu dengan mereka, dan membuat orang nyaman berada di dekatnya. Ketulusan hatinya untuk berbuat kepada sesama sudah tak diragukan lagi.
Kalau pada relita II kemarin ia membawa alat untuk membatik, kali ini ia membawa alat dan bahan untuk membuat kerajinan bros dan sulam. Adik-adik di SD maupun MI sangat antusias mengikuti kelas kerajian  bersama mbak Zuriyah. Bahkan, ibu-ibu pun banyak yang meminta mbak Zuri untuk mengajari membuat kerajinan tersebut. Tak seharipun mbak Zuri menginap di homestay bersama teman-teman peserta. Ia selalu menginap di rumah warga sejak hari pertama hingga hari terakhir. Makan pun demikian, hanya beberapa kali saja ia makan bersama teman-teman, selebihnya ia dijamu oleh warga di sana. Ibu-ibu dan adik-adik banyak yang meminta mbak Zuri untuk menginap di rumahnya.
Hatinya yang tulus ikhlas membantu ternyata berbuah manis. Ada hal lain yang membuat saya sangat terkesan dengan satu sosok ini. Di tengah jalan menuju ke atas, ada coretan kapur dari adik yang bernama Ida, bertuliskan, “I love you bak Zurih dari Ida”. Selain itu, sebelum pulang dari kegiatan, mbak Zuri sering mendapat oleh-oleh, misalnya kue tradisional, buah jambu biji, kopi, dan lain-lain. 
Terakhir perempuan cantik bergaya seperti korea bernama mbak Helen. Sama seperti mbak Mawinda, ia masih semester akhir di ISI Yogyakarta. Tetapi, ini merupakan pengalaman pengmas yang pertama bagi mbak Helen. Meskipun ia hanya satu-satunya orang yang beragama nasrani diantara peserta, ia tetap menjaga toleransi dan amat menghormati ibadah orang lain. Ia tetap bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang semuanya beragama Islam.
Dari mbak Helen, saya banyak belajar tentang rendah hati. Kondisinya yang terbisa hidup enak dan kaya, tak membuatnya bersikap sombong. Ia justru selalu berusaha untuk men-desa kan diri dan menyatu dengan masyarakat disana.
Teman-teman ISI mengajarkan untuk berpikir terbuka, bebas, dan mencintai apa yang dilakukan, sehingga membuat hidup selalu terasa bahagia meski di tempat yang serba kekurangan sekalipun. Kreativitas, kepekaan, dan cepat tanggap mereka membuat kami sadar untuk terus memberikan sesuatu yang berari bagi masyarakat meski sederhana sekalipun.
Best inspiring people this week: Eva Mawinda, Zuriyah, and Helen Masya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berorganisasi, siapa takut?

Saat memulai kehidupan sebagai mahasiswa, rasanya tiada haari tanpa kata berorganisasi. Sebenarnya apa sih organisasi itu? Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih Stephen P. Robbins m enyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan ( entity ) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Berorganisasi berarti secara sadar tergabung dalam satu kesatuan sosial, dimana orang- oran...

Masih Soal Faktor Luck

PART 2# KETIDAKBERUNTUNGAN Next, soal ketidakberuntungan. Bisa dibilang semester ini menjadi semester kelabu bagi saya. Beberapa kali saya mengikuti lomba karya tulis ilmiah baik tingkat provinsi maupun nasional, tak ada yang menang satupun. Bahkan untuk yan tingkat nasionanal, lolospun tidak. Entah sudah berapa karya yang saya buat dan berapa ratus ribu saya habiskan, tapi belum juga menampakkan hasilnya. Mungkin saya perlu banyak belajar lagi soal ini. Tapi entah mengapa diakhir semester ini saya justru bosan dengan hal itu, karena beberapa bulan ini, memang lomba karya tulis sedang menjamur. Hampir tiap pekan pasti ada dan itu tak hanya satu universitas yang menyelenggarakan, tapi banyak. Lanjut dari segi akademik, saya gagal di dua mata kuliah yaitu listrik magnet dan statistika. Untuk mata kuliah listrik magnet, saya akui memang sulit dan wajar jika mendapat C karena hampir semua mahasiswa mendapat nilai yang sama. Dosen sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengu...

my new family "9 Ninja"

40 hari dalam hidupku, sebuah perjalanan mencari "pengalaman" (bukan 40 hari mencari cinta_ups) yang begitu luar biasa. Aku dipertemukan dengan 8 kawan yang luar biasa. Kisah ini berawal ketika kami dipertemukan di ruang sidang lt 1 gedung LPPM UNS saat pengarahan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dari awal, kulihat wajah-wajah yang begitu cerah, penuh canda tawa, memberikanku kenyamanan dan memantapkan hatiku untuk berani melangkah bersama mereka. 9 ninja lengkap 9 ninja, nama yang tak sengaja kutulis di atas papan schedule (mini white board) saat rapat bersama karang taruna. Saat itu aku teringat dengan tim "Ranger"-nya mas Dika di SIM, sebuah tim yang sangat solid dan bahkan seperti keluarga. Tak lama kemudian sebuah kata muncul dipikiranku, "NINJA", dan jadilah kami 9 ninja.  Beberapa hari kemudian, koordinator kami, mas Anam mulai membubuhi sms jarkomnya dengan kata 9 Ninja. Saat itulah nama 9 Ninja resmi digunakan  :) Inilah member tim...