Lahir di lingkungan patriarki dan 'pathethic' itu memang cukup menantang. Omongan orang lain memang sepedas dan sepanas cabe rawit, yang kadang terus melaju seperti kendaraan yang remnya blong. Ketika ada manusia yang berbeda pada umumnya, siap-siap saja mendengar dan menerima cercaan yang cukup menggoyahkan hati kalau nggak kuat. Sebagai anak pertama, perempuan, lahir di keluarga yang secara ekonomi pas-pasan, saya bersyukur masih punya orang tua yang sangat mendukung sampai detik ini. Masalahnya adalah saat ini saya juga belum menikah, padahal usia sudah 27. Usia ini sebenarnya masih cukup muda, tapi sudah dianggap perawan tua yang nggak laku-laku. Sepulang kuliah, bukannya segera kerja lalu menikah, saya justru mau kuliah lagi di negeri yang jauh dengan durasi yang cukup lama, yaitu empat tahun. Alih-alih mendapat dukungan, mama saya justru dicibir dan disalahkan oleh tetangga dan teman-teman sejawatnya karena memperbolehkan anak gadisnya yang belum menikah ini pergi sekola
kumpulan cerita pengalaman, semoga menginspirasi